Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Rindu yang bermain

Rindu. Topik yang tidak pernah ada matinya. Semua orang punya rindunya masing-masing. Rindu pasangan, rindu teman, rindu tanggal gajian, rindu macam-macam. Seperti tidak pernah bosan untuk diulas. Bisa terasa menjijikan, bisa juga menyenangkan. Satu kata di awal paragraf ini punya jutaan makna untuk direnungkan. Rindu bagiku selalu menghasilkan keheranan. Bagaimana mungkin ia selalu betah berlarian di alam pikiranku ketika kamu tidak hadir di sini, dan itu terjadi sejak b eberapa tahun terakhir. Semakin lama durasi kita tidak saling tatap, semakin lama itu pula ia asik sendiri di dalam kepalaku. Kadang menyenangkan untuk tenggelam dalam permainan yang ia ciptakan, tetapi terlalu lama bermain juga membuatku lelah, hingga jenuh. Akhirnya malah menjadi siksaan tersendiri. Meskipun begitu, rindu tidak peduli. Yang ia tahu, ketika kamu tidak ada, itu adalah waktunya bermain. Semoga kita lekas bertemu, agar rindu bisa tertidur pulas di pangkuanmu.

Rindu dan Riuh di Kepala

Ada hal yang menyenangkan sekaligus tidak menyenangkan; Rindu kamu. Ketika hanya bisa melamun. Membayangkan jemari kita saling menggengam. Berjalan berdua tanpa arah. Yang kita tahu hanya kita ingin terus bersama. Itu saja. Tak jarang mataku mencuri-curi pandangan. Menatapmu dalam sampai tenggelam. Tak jarang pula kamu menyadari itu, membalas pandangan. Disertai senyum simpul menenangkan. Mendongak sedikit ke atas karena nyatanya tulang-belulangku jauh menjulang di atas tengkorakmu. Menjulang tinggi sampai Mars. Ulah cantik senyummu yang membuatku meroket tanpa perlu hadirnya NASA. Kemudian saling melempar muka ke arah yang berbeda. Kedua pipi memerah tentu saja. Jantung? Entah sudah tercebur di mana. Menggelinding jauh meninggalkan kita berdua. Meninggalkan pikiran kita yang terjerat bahagia. Kejadian itu bagai siklus yang sudah terulang sejak mawar merah dari tasku berpindah ke tas milikmu, beserta ungkapan bahwa kamu telah menjadi milikku. Bahkan jauh sebelum itu sebetulnya. Se

Hujan Lebat Seumur Hidup

Di luar sedang hujan. Kamu jangan keluar, nanti kebasahan. Kamu tetap jangan keluar, nanti kedinginan. Di sini saja, bersamaku. Ambil secangkir teh yang kubuatkan untukmu itu. Minumlah, hangat hatimu. Kenapa aku hanya buatkan satu? Bukankah aku juga suka teh? Tidak apa. Hal yang jauh lebih menghangatkan tubuhku adalah ketika tahu bahwa kamu di sini sedang berbahagia. Jangan minum tergesa-gesa. Masih panas, tiuplah dulu. Bersantailah. Tenangkan dirimu. Aku harap kamu menikmati segala yang aku berikan padamu. Tidak, tidak perlu membalas apa-apa. Tapi bolehkah aku meminta satu hal? Tersenyumlah buatku. Sepertinya hujan ini akan turun seumur hidupmu. Sudah, kamu tidak perlu ke mana-mana lagi, di sini saja. Tinggal bersamaku. Pelukku tempat tidurmu. Hidupku duniamu. Di sini saja. Tehmu sudah hampir habis. Mau tambah lagi?

What Should We Do

Aku harus apa? Pertanyaan yang barusan kamu baca seringkali muncul di kepalaku ketika kamu sedang menghadapi masalah di kehidupan pribadimu. Sejujurnya, sampai hari ini aku tidak pernah tahu harus melakukan apa setiap kali kamu terjebak di dalam situasi semacam itu. Aku benar-benar tidak tahu. Naluriku mengatakan jika aku harus membantumu. Menyelamatkanmu dari atas menara yang dijaga oleh naga yang mampu mengeluarkan api dari mulutnya, yang mampu membunuhku kapan saja. Berharap setiap kali kamu diculik ke atas menara, aku akan mampu untuk membunuh setiap naga yang menyeretmu ke sana. Nyatanya hal semacam itu hanya ada dalam dongeng saja. Dalam kehidupan sebenarnya, aku merasa tidak berguna. Padahal jika menggunakan kacamata realita, aku bukanlah pangeran. Kamu juga bukan tuan putri lemah yang tidak bisa melakukan apa-apa. Aku seharusnya hanya butuh untuk yakin bahwa kamu mampu menghadapinya sendirian. Tetapi kenyataannya, perasaan sebagai pasangan yang tidak berguna muncul kembali da

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D

Kepada perempuanku yang bertambah tua

Kepada perempuanku yang bertambah tua . Pundakmu semakin berat. Untuk itu aku ucapkan selamat. 19 tahun sudah lamanya kamu menarik napas dan menghembuskannya kembali. Entah kamu sadari atau tidak, tarikan napasmu berikutnya akan terasa lebih berat dari sebelumnya. Seperti beban yang kamu pikul di kedua pundak mungilmu itu. Pundakmu semakin berat. Beban yang mesti kamu pikul bertambah padat. Jurang di masa depan terbuka lebar-lebar. Aku ingin memberitahukanmu bahwa hati-hatilah dalam melangkah. Tidak perlu begitu takut, mungkin kamu akan tersandung sedikit. Saranku, tetaplah berpegang pada kebenaran, walaupun itu bertentangan dengan apa yang kamu pegang selama ini, di dalam benakmu. Singkirkan batu panas di kepalamu serta keegoisan yang sudah begitu matang di dalamnya. Dunia ini bukan duniamu, tapi dunia semua orang. Aspal tidak akan berubah menjadi permen walaupun kamu ingin itu terjadi. Maksudku, kamu tidak akan pernah bisa sepenuhnya menjadikan orang seperti sosok ideal dalam piki

Aku Tulis Saja Apa Yang Mau Aku Tulis

Sudah beberapa menit sejak aku membukanya, layar ini masih bersih tanpa satu patah kata pun, hingga kemudian aku mengisinya dengan tulisan ini. Aku baru teringat jika sudah lama sekali aku tidak menuangkan isi kepalaku ke dalam ruangan ini. Seperti biasa, di dalam kepalaku sepertinya banyak sekali kata-kata yang hendak aku sampaikan di ruangan ini. Tetapi begitu aku sudah sampai, aku hanya berhasil untuk berdiam diri saja. Tidak tau harus berbuat apa. Harus menulis apa. Harus berbicara tentang apa lagi. Terlalu banyak yang aku pikirkan supaya membuatmu terkesan malah berakhir dengan tidak berbuat apa-apa. Aku terlalu banyak perhitungan. Apakah menurutmu itu adalah sesuatu yang bagus? Atau malah sebaliknya? *** Ngomong-ngomong, aku tidak menyangka kita akan mampu berjalan bersama hingga sejauh ini. Aku rasa aku tidak sebaik itu dalam mengelola hubungan dengan seseorang. Apa lagi hubungan yang istimewa seperti ini. Tetapi buktinya sampai hari ini pun aku masih menata

Kebiasaan Kecil

Setiap orang pasti punya kebiasaan kecil yang terbilang unik, yang mungkin bagi sebagian orang terasa aneh untuk dilakukan. Aku punya beberapa teman dengan kebiasaan anehnya, maksudku unik, masing-masing. Ada yang suka sekali mencium ketiaknya, apa lagi setelah olahraga. Mungkin baginya itu narkoba yang mampu membuatnya melayang. Temanku yang lainnya ada yang suka mengelap keringat di badannya dengan tisu. Ia juga hampir setiap hari membeli ultra milk sampai empat kotak, untuk ia habiskan sendiri. Terkadang aku menggodanya agar aku diberikan satu. Dan kamu harus tau, itu pernah berhasil. Lumayan, bisa minum susu gratis. Dan kebiasaan-kebiasaan lain yang tidak mungkin aku tunjukkan satu per satu. Bukan hanya orang-orang di sekitarku, tetapi aku juga punya kebiasaan anehku sendiri. Mungkin kamu belum tau, atau mungkin sudah tau, bahwa sejak pertama kali kita bertemu hingga hari ini aku senang sekali untuk diam-diam memperhatikanmu. Diam-diam memperhatikanmu berbicara dengan teman

Dari Mawar Sampai Kamu

Kata-kata ini tersusun sendiri Untuk mengenang wafatnya kesendirianku Yang dikubur dalam-dalam Ditimbun kebahagiaan dan disiram kepung senyuman Karena aku telah dipertemukan denganmu Hari itu, tiga tahun lalu Setangkai bunga mawar Dari penggalan namamu Mekar dari tas rongsokku Sebagai pertanda bahwa Ruangan tua yang bau Sudut kosong yang berdebu itu Telah disulap seketika Menjadi taman surgawi Dipenuhi canda tawamu Aku tampar diriku sendiri Melalui bising di kepala "Sadar kau idiot" "Sadar" Ternyata adalah nyata Aku memang tidak sedang bermimpi Tangan dingin yang menggenggammu Memang tanganku Yang mengutarakan kepastian Bahwa kamu jugalah aku Hari ini, setelah hari itu Gula masih manis Tambah manis Senyumanmu juga Asal aku tidak mati diabetes Tak apa Ini bukan gombal gembel Sudah kubilang di awal Kata-kata ini tersusun sendiri Sebagai penguat Pernyataan hebat Bahwa aku cinta

Waktu Bersama Kejutannya

Maaf baru menulis lagi. Aku baru sempat. Kamu tau kan tugas-tugas kuliahku selalu merongrong minta dikerjakan. Aku heran, kenapa mereka tidak menjadi mandiri saja, lalu mengerjakan pekerjaannya sendiri. Daripada memaksa diriku untuk mengerjakannya, padahal hasilnya jelas jika aku enggan bertemu mereka, apa lagi sampai menyentuh. Merepotkan. Tugas-tugas itu, jadwal perkuliahan, dan, kehidupan pribadiku, sangat menyita waktu. Mencuri waktu yang seharusnya aku sisihkan untuk bersamamu. Waktu yang harusnya kupakai untuk menggandeng jemari lembutmu, mengusap kepalamu, mencium keningmu. Tapi kita memang harus sadar, bahwa waktu tidak melulu dipakai bermesraan. Ada hal lain yang mesti dikerjakan, sekali pun itu menyita waktu kebersamaanku denganmu. Kamu semestinya tidak perlu khawatir. dua puluh empat jam waktu yang kupunya setiap harinya tidak pernah terlewat sekali pun untuk kamu tidak hadir di pikiranku, bahkan ketika aku sedang tertidur pun kamu masih saja muncul. Dengan seny

Kenal

Bayangkan kita tidak pernah saling kenal. Apa jadinya aku tanpa kamu, seseorang yang tidak pernah mampu untuk aku pikirkan sama sekali karena kita belum saling mengenal. Apakah kamu masih akan tetap bersamanya? Dan aku masih tetap pada ke sendirianku? Entahlah, tidak ada yang tau. Bayangkan kita tidak pernah saling kenal. Apa kita akan sebahagia ini? Semakin bahagia atau justru sebaliknya? Atau biasa saja? Yang jelas aku tidak tau akan seperti apa diriku hari ini jika tanpa dihadirkan kamu. Bayangkan kita tidak pernah saling kenal. Ah, aku tidak sanggup membayangkannya.  Aku enggan terus hidup tanpa mengenalmu. Karena kamu duniaku.

Untuk kamu yang tidak suka puisi

Untuk kamu yang tidak suka puisi Cobalah sebentar berhenti Lalu baca tulisan ini Yang agak sulit dimengerti Tidak tahu apakah ini termasuk puisi Atau sejumput kotoran sapi Mawar itu merah Violet itu biru Aku ingin pergi ke toilet Patrick yang bilang begitu Saat menemani sarapan pagiku Tidak tahu apa itu bisa disebut puisi Atau lelucon payah dari pria berdasi Untuk kamu yang tidak suka puisi Kenapa kamu masih membaca ini? Semakin kamu jauh mengikuti Semakin kamu benci dengan hidup ini Kenapa bodoh tidak diakhiri? Bodoh harus dibenahi Edukasi harga mati Kenapa kok tidak berkorelasi? Jangan dicari maknanya apa Tidak melulu soal cinta-cinta Tidak tahu mau ke mana Yang penting aku bahagia

Laki-laki Lemah

Ini kisah tentang seorang laki-laki lemah.  Hidup hampir dua dekade dalam keadaan sulit. Entah memang jalan takdirnya haruslah sulit, atau tuhan gemar bermain-main dengan hidupnya. Dia tidak suka menyalahkan siapa pun selain dirinya sendiri. Dia anggap ini ulahnya sendiri. Membodoh-bodohi diri sudah seperti sarapan, meski nyatanya dia jarang sarapan. "Mengapa sperma dan sel telur itu bertemu dan membentuk diriku hingga akhirnya harus terlempar ke dalam permainan yang seperti sampah ini? Dengan wujud yang juga paling jelek dari spesies lain yang ada? Kenapa tidak jadi paus atau kelinci saja? Kenapa harus menjadi makhluk ini?" Teriak isi kepalanya. Mengeluh adalah hobinya, bermalas-malasan adalah hobi keduanya, dan tidur adalah sumber kebahagiaannya. Sejak kecil ia suka menatap langit. Padahal di sana tidak ada apa-apa selain awan putih yang bergumpal dan matahari yang membuat mata sakit. Bahkan kadang langit yang ditatap hanya berupa papan kotor yang dihun

Masa Depan dan Misteri

Entah apa yang akan kita temui di depan sana nantinya. Aku juga tidak tahu. Hanya bisa menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Berkhayal akan terjadi apa di sana. Bermimpi akan seperti apa seharusnya hal itu terjadi. Namun ada satu hal penting yang sangat aku inginkan untuk terjadi: di waktu yang akan datang, aku dan kamu masih terus berjalan beriringan. Tentu saja masa depan tetap sulit ditebak, sedetail apa pun kamu memimpikannya. Bahkan jika kamu berhasil menghitung seluruh tetesan hujan yang jatuh ke tanah pada hari Kamis dari pukul dua siang hingga empat sore di dalam mimpimu itu. Pasti tetap akan ada yang meleset. Lalu berakhir pada ketakutan jika yang terjadi tidak sesuai harapan. Apa lagi jika yang terjadi malah jauh dari apa yang diinginkan. Tentu saja itu menyakitkan untuk dipikirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan. Kita memang tidak bisa tau apa yang akan terjadi di depan sana, sebelum kita benar-benar bisa sampai ke sana dengan mengikuti sistem wa

Komik Pengantar Tidur

Jam pada layar henponku menunjukkan pukul empat pagi. Beberapa ayam jantan di sekitar rumah juga sudah berkali-kali menyanyikan lagu yang tidak aku mengerti dan sama sekali tidak enak didengar. Itu membuatku semakin tidak bisa tidur. Padahal hari ini kita telah berencana untuk pergi ke kampus bersama. Kalau aku bangun kesiangan lagi, tolong maafkan aku ya. 😅 Malam ini aku sibuk membaca Webtoon sampai lupa jika harus tidur. Akhir-akhir ini aku sedang menyukai membaca komik bergenre romance. Mungkin terasa aneh buatmu jika laki-laki kikuk sepertiku menyukai bacaan anak perempuan. Tapi ketika aku tenggelam dalam cerita komik tersebut, aku merasa bahwa tokoh laki-laki dan perempuan yang saling jatuh cinta dengan segala drama yang memusingkan di dalamnya adalah aku dan kamu. Kisahnya memang jauh berbeda dari kehidupan kita yang sebenarnya. Bahkan memang tidak ada mirip-miripnya. Tapi ketika tokoh dalam komik digambarkan sedang jatuh cinta, aku merasakan perasaan yang sama seperti saat ak