Skip to main content

Posts

Showing posts from 2024

Melangkah

Melangkah. Tak peduli apa yang akan dihadapi di depan, teruslah melangkah. Entah itu jalanan mulus beraspal, tanjakan dengan bebatuan terjal, tanah berlumpur yang basah dan licin, turunan yang curam, tak usah dipedulikan, tetaplah melangkah. Entah yang ada di depan sana hangat dan terang benderang, atau dingin dan gelap gulita, lanjutlah melangkah. Bukan berarti tidak boleh berhenti. Jika lelah, menepilah. Istirahatkan tubuh dan pikiran. Jika sudah, kembalilah melangkah. Juga bukan berarti tidak boleh menengok ke belakang. Jika ingin menyerah, lihatlah jauh ke belakang. Lihat sudah seberapa jauh diri ini melangkah untuk sampai di titik ini. Lihat segala kesulitan yang telah berhasil dilalui untuk berada di posisi sekarang. Setelah melihat ke belakang, patutlah berbangga diri. Untuk sampai menjadi seperti saat ini, bukan perkara gampang. Berbanggalah. Hidup adalah perjalanan. Derita pada akhirnya akan menjadi cerita, begitu pula dengan cinta. Hidupi perjalanan, jalani kehidupan. Entah n

Mengerti

Malam ini entah bagaimana kedua mataku masih menyala terang, padahal tubuhku telah terasa lelah, ingin rasanya segera terlelap. Mungkin karena sebelumnya aku menghabiskan hari dengan tidur terlalu lama. Sekarang yang aku lakukan hanya menatap timeline Twitter Sembari mendengarkan playlist random berisi lagu-lagu berbahasa Indonesia. Jarang sekali aku mendengarkan musik Indonesia, biasanya hari-hariku selalu diisi oleh para penembang dari Jepang. Sampai tiba-tiba lantunan indah dengan lirik puitis dari Yura Yunita mampir ke telinga ini. "Tenang, tenang!" ucap Teh Yura seraya bernada. Namun, bukan itu yang membuatku memulai tulisan ini, tetapi penggalan lirik di awal lagu, "Dialog dini hari Kepada diriku sendiri Tak bisa ku tertidur lagi Melayang pikirku tak pasti" Sebuah kegiatan overthinking yang dibalut nada-nada harmonis ternyata bisa menghasilkan lantunan semerdu itu. Padahal Teh Yura bisa dengan mudah mengatakan, "Nggak bisa tidur nih gara-gara overthink

The Wound Is Still Here, But So Am I

Jika lewat tengah malam pesan berisikan link menuju blog ini muncul di Whatsapp-mu, isinya sudah hampir pasti bisa ditebak, lagi-lagi tentang seorang pria yang masih terjebak pada ingatan masa lalu beserta seluruh lukanya yang masih saja tak kunjung sembuh. Beberapa sudah membaik, tetapi sebagian besar sepertinya belum, sehingga seperti biasa ia akan menuangkan segala memar yang tersisa untuk kamu dengarkan. Jadi, begini. Tidak tepat jika menyimpulkan bahwa aku baik-baik saja hanya karena aku terlihat baik-baik saja. Tak jarang sebuah kalimat, aroma, situasi, menarik diriku kembali ke masa kelam itu. Tak terkecuali saat bersamamu, di tengah-tengah momen menyenangkan, rasa sesak di dada ini bisa muncul tiba-tiba secepat kilat dan mengendap selama berhari-hari. Menceritakannya secara langsung tentu saja akan merusak momennya, membuat perasaanmu berubah jadi tidak enak, membuat hubungan kita terasa tidak nyaman, maka karena tidak mau itu semua terjadi, aku memilih diam dan memendamnya sen