Ada hal yang menyenangkan sekaligus tidak menyenangkan;
Rindu kamu.
Ketika hanya bisa melamun. Membayangkan jemari kita saling menggengam. Berjalan berdua tanpa arah. Yang kita tahu hanya kita ingin terus bersama. Itu saja.
Tak jarang mataku mencuri-curi pandangan. Menatapmu dalam sampai tenggelam. Tak jarang pula kamu menyadari itu, membalas pandangan. Disertai senyum simpul menenangkan. Mendongak sedikit ke atas karena nyatanya tulang-belulangku jauh menjulang di atas tengkorakmu. Menjulang tinggi sampai Mars. Ulah cantik senyummu yang membuatku meroket tanpa perlu hadirnya NASA.
Kemudian saling melempar muka ke arah yang berbeda. Kedua pipi memerah tentu saja. Jantung? Entah sudah tercebur di mana. Menggelinding jauh meninggalkan kita berdua. Meninggalkan pikiran kita yang terjerat bahagia.
Kejadian itu bagai siklus yang sudah terulang sejak mawar merah dari tasku berpindah ke tas milikmu, beserta ungkapan bahwa kamu telah menjadi milikku. Bahkan jauh sebelum itu sebetulnya. Sebelum kita saling menyadari bahwa kegilaan itu telah lama hinggap di kehidupan kita.
Menyenangkan. Sangat menyenangkan. Sampai.....
Sampai ketika kita saling tidak punya waktu, berbatas ruang.
Aku hidup. Kamu juga hidup. Kita berdua punya hidup. Kita hanya secuil bagian dari kehidupan masing-masing. Tidak lebih. Tidak pula kurang. Tidak bisa dipungkiri jika kita hanya sebagian kecil dari keseluruhan hidup. Ada hal besar yang saling diprioritaskan. Diletakkan di menara tertinggi, hingga di antara kita tidak bisa saling menjatuhkan dan menggantikan prioritas itu.
Aku mengerti. Kamu mengerti. Kita saling mengerti. Tapi kita tidak selalu berpikir secara rasional. Kadang nalar kita tumpul, atau sengaja ditumpulkan, agar kita bisa bertemu. Setidaknya saling tatap. Atau memaksakan yang tidak bisa dipaksakan.
Tidak semenyenangkan apa yang kukatakan sebelumnya. Rindu bisa sangat menyebalkan. Membuatmu tidak waras. Membuatku sakit jiwa. Membuat kita gila.
Sibuk. Kadang pemicu keretakkan. Nalar tidak bisa membendung keegoisan. Di kepala hanya ingin bertemu, itu saja.
Rindu bisa membahagiakan sekaligus menghancurkan. Tergantung jalan mana yang kamu pilih. Berjalan dengan kewarasan atau berlari dengan pemaksaan. Bersabar, menunggu hingga saatnya tiba, atau melacurkan diri pada keinginan pribadi dan membunuh pasangan dengan keegoisan.
Menyenangkan atau tidak, atau kombinasi keduanya, aku akan tetap rindu kamu.
Comments
Post a Comment