Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Gelisah Pukul Satu Pagi

Aku datang lagi. Sudah cukup lama jemari ini berhenti menari. Sampai kata-kata yang berlari-lari kecil di kepala berakhir besar dan jenuh hingga meledak sendiri. Karena kamu sudah di sini, izinkan aku untuk bercerita kembali. Tentang isi pikiranku, kita, dan apa yang sudah terlewati. Terima kasih telah meluangkan menit-menit berhargamu untuk datang ke sini. Bersantailah, letakkan bokongmu pada sandaran paling nyaman. Bacalah kata demi kata dengan perlahan, sambil membayangkan kejadian apa yang sedang aku berusaha gambarkan. Kacau. Suasana hatiku sedang rutin sekali berada pada pijakan yang tak tentu arah. Seringkali mengikuti arus, tetapi tak jarang juga melawan angin. Kedinginan. Kepanasan. Basah. Terik. Layu. Lemah. Aku tak tau sebenarnya harus bersikap bagaimana dan pergi ke mana. Akhirnya berdiam diri, sendiri, di gelap malam, tak ke mana-mana. Kamu. Tujuannya cuma satu, kamu. Tujuan itu kadang jelas, tepat digenggaman, tepat di ujung tatapan, tepat di mana a

Sebuah Kata Kerja

Jatuh cinta itu perkara mudah. Semua orang bisa tunjuk siapa saja orang yang ingin ia cintai saat itu juga. Sekilas melihat perempuan cantik sedang menyebrang jalan, atau tak sengaja berpapasan dengan laki-laki gagah yang sedang menggaruk pantatnya juga bisa membuat seseorang tiba-tiba jatuh cinta. Namun, mencintai yang sebenar-benarnya tidaklah tumbuh dan berproses dengan cara yang demikian. Yang lebih sulit dari sekadar jatuh cinta adalah melakukannya setiap hari, bahkan bertahun-tahun, kepada orang yang sama, dan dilakukan tanpa mengharapkan apa-apa. Aku masih terus melakukannya, meskipun tidak sesempurna itu, karena aku sesekali masih mengharapkan timbal balik darimu. " Love is a verb ", aku selalu mengingat kalimat ini. Cinta bukan sekadar perasaan, melainkan tindakan yang mesti diwujudkan. Cinta memang bukan tentang jantung yang berdebar-debar ketika saling tatap atau ketika sedang bergandengan tangan saja, tapi bagaimana kita memaknai hal tersebut sebagai momen yang

Seorang anak laki-laki tenggelam dalam pikirannya sendiri

Aku pernah sesekali berpikir, apa jadinya jika hidupku sekarang dilalui tanpa kamu. Satu hal yang terbayang sangat jelas: itu terasa menyakitkan. Aku bahkan tidak sanggup Membayangkannya terlalu lama. Aku mungkin tidak akan bisa menjadi sebaik sekarang jika bukan karena bantuan darimu. Sedikit-banyak tentu saja kamu mempengaruhi bagaimana aku dalam menjalani hidup. Kehadiranmu seperti bahan bakar semangat bagiku. Ketika aku sedang benar-benar terpuruk, kamu satu-satunya yang datang mengulurkan tangan, juga menyediakan pundak untuk aku tangisi. Ditambah dengan memberikan pelukan yang mampu membantuku untuk bangkit kembali. Aku selalu takut jika suatu saat harus kehilangan kamu. Tidak peduli jika kamu menganggap ini menjijikan, tapi sejujurnya itulah yang aku rasakan. Kamu seperti pelengkap dari aku yang serba kurang. Kamu ada untuk menyeimbangkan. Memang tidak jarang kita berselisih paham. Dua kepala dengan dua pemikiran berbeda tentu tidak akan mudah untuk bertemu kata sepakat dala

Hal favorit

Kamu tau tidak, bahwa ada hal lain yang aku sangat sukai selain menggenggam erat tanganmu dan melihatmu tersenyum kepadaku? Yaitu mengusap lembut kepalamu, sembari menghirup aroma rambutmu yang angin tiupkan kepadaku. Mungkin terdengar aneh, tetapi ketika melakukannya, entah bagaimana itu bisa terjadi, aku merasa begitu tenang. Hari-hari yang aku jalani kini terasa semakin berat. Masalah silih berganti dan mereka perlahan semakin bertambah kuat. Sedangkan aku terlalu lemah untuk memikulnya sendirian. Terkadang aku merasa sangat lelah, lalu berpikir untuk mengakhiri semuanya. Namun aku cepat menyadari, bahwa selama ini ada kamu yang selalu setia berdiri di sampingku, selalu bersedia untuk menyiapkan bahu sebagai sandaranku. Aku merasa lega. Aku ternyata memang tidak hidup di dunia ini sendirian. Aku tidak sepatutnya menyerah begitu saja pada keadaan yang ada. Sudah tidak dapat diragukan lagi jika aku harus terus mengarahkan tatapan ke depan bersamamu. Sini, kemarilah sebentar, i