Kali ini seperti sedang berjalan pada sebuah jembatan tua yang rapuh dan berbahaya di tengah hutan belantara, tapi ya mau bagaimana, mesti dilalui meski terpaksa. Ingin kembali ke titik mula, jelas tidak bisa. Ingin segera sampai ke ujung satunya, tidak semudah itu juga. Pilihan termudah adalah menghempaskan diri ke dasar jurang yang sudah menanti di bawah sana, lalu menghilang di tengah kegelapan yang tak terjangkau sinar mentari. Jika harus terperangkap di bawah sana selamanya, tidak apa, tidak akan ada yang menyadarinya juga. Pernah berpikir, tidak ada lagi, itulah jalan keluar yang harus dipilih. Pernah atau masih? Masih berjalan, lelah tanpa jeda, dihadapkan dengan hanya dua pilihan: terus maju atau menyerah saja. Kaki memang terus melangkah tapi pikiran seperti tidak berjalan ke mana-mana, berputar di jalan yang itu-itu saja; dilema antara memaksakan kemajuan atau mengakui kekalahan. Kaki terus saja melangkah pada akhirnya. Langkah kaki yang tak pernah berhenti itu membawaku samp
Isi kepala tertuang dalam kata-kata