Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Bukan Selamat Tinggal

"Makasih ya udah nganterin aku pulang." "Iya sama-sama hehe. Aku pulang dulu ya." "Iya, hati-hati ya." "Iya sayang. Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Itulah percakapan yang selalu mengakhiri setiap temu yang berujung rindu. Semenjak aku memantapkan hati untuk merajut masa depan dengan benang berwarna-warni berwujud sebuah kebahagiaan denganmu, aku baru tahu, ternyata sebuah “Aku pulang dulu” rasanya bisa seberat “Selamat tinggal”. Padahal, baru saja beberapa detik yang lalu kita bercengkrama, tertawa bersama, membahas dunia. Namun setiap kali matahari turun untuk beristirahat dari singgasananya, kita pasti dihadapkan dengan kenyataan jika inilah waktunya berpisah dan pulang ke atap masing-masing. Meski hanya sementara, ‘pamit’ selalu terasa berat untuk diucapkan. Perpisahan, dalam bentuk apa pun, meski tak seberat “selamat tinggal”, tetap saja rasanya sulit untuk dituruti. Ini semua terasa begitu me

Masa Lalumu Adalah Masa Bodoku

Jujur, masa lalumu memang sangat menjadi beban buatku. Hubungan yang pernah kamu jalani hingga bertahun-tahun lamanya membuat pikiranku menjadi sering mengada-ada. Apalagi kamu pernah —atau bahkan sering—melakukan hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Itu cukup membuatku terpukul.  Aku selalu berusaha untuk memaafkan hal itu, tetapi pikiran negatif itu terus ada. Aku selalu benci mengapa pengaruh negatif selalu lebih kuat dibanding yang positif. Padahal kamu selalu menjelaskan berulang kali jika kamu tak pernah melakukan hal-hal yang terlampau jauh dengannya, tapi tetap saja egoku memaksa agar kamu terus menjelaskan hal yang sebenarnya tidak perlu. Jika bukan karena aku takut kamu mencintai lelaki lain, mungkin sedari dulu aku sudah menancapkan diriku sendiri ke tumpukan paku. Aku sudah sangat lelah menjadi pribadi yang seegois ini. Aku terlalu handal untuk mencemburuimu. Hal sepele seperti ucapan selamat pagi saja bisa membuat dadaku seperti sedang diblender menggunaka

Demi Cinta

Jam di dinding rumahku sudah menunjukkan pukul 12 lewat 10 menit, namun aku masih saja terjaga. Rintik kecil hujan yang jatuh beriringan membuatku tak bisa tidur. Suara kipas angin yang bising juga menjadi pengganggu saat kedua mataku terasa seperti tertiban benda berat. Entah apa yang menindih kedua bola mataku ini. Mungkin ada bu Neni yang sedang bergelayutan di mataku. Atau mungkin ada kapal pesiar yang sedang singgah di mataku? Atau bahkan malah ada kapal pesiar yang sedang dinaikki bu Neni singgah di mataku? Apa pun yang mampu memberatkan mataku, tetap saja aku tidak bisa tidur. Setelah ku renungi, ternyata bukan karena rintik hujan, suara bising kipas angin, atau bayang-bayang tentang bu Neni yang mirip kapal pesiar di kepala yang membuatku tak kuasa untuk menutup mata. Tetapi yang membuatku tak bisa tidur adalah kamu. Tidak, kamu tidak mengganggu pikiranku, hanya saja aku terlalu keras berpikir bagaimana caranya untuk selalu membahagiakan kamu hingga rasanya sulit sekali un

Aku Kangen Kamu

Aku kangen kamu. Aku kangen duduk di sampingmu, lalu kita mulai membicarakan banyak hal; mulai dari yang remeh-temeh sampai ke hal yang serius. Aku kangen bercanda bersamamu. Aku kangen tertawa bersamamu. Aku kangen dengan candaanmu yang menggoda itu. :p Aku kangen dengan tangan isengmu yang suka mengelitikiku itu. Aku kangen suaramu yang selalu mampu melelehkanku. Aku kangen senyumanmu yang selalu berhasil membuatku lupa akan caranya berpijak di lantai. Aku kangen ketika kamu mulai mengeluh kelilipan di jalan saat kita sedang duduk berdua di sepeda motor Supra Fit butut hadiah dari papaku wkwk :p :p :p Aku kangen untuk membicarakan masa depan 'kita' bersamamu. Aku kangen untuk melayangkan cubitanku di pipimu. Aku kangen untuk mengacak-ngacak wajah dan rambutmu yang cantik itu. Aku kangen untuk menjadi pria manja dihadapanmu. Aku kangen duduk di taman berdua denganmu sembari mengobrol dan berteduh dari teriknya sengatan s

Rumahku Istanaku

Menemukan seseorang yang kita butuhkan itu seperti menemukan rumah yang selama ini kita cari saat kita tersesat, karena rumah adalah tempat yang paling kita butuhkan. Kita selalu merasa aman, nyaman, tenang ketika berada di rumah. “Rumahku istanaku” terbukti bukan ungkapan omong kosong. Dan aku rasa aku sudah menemukan rumahku, sebuah rumah sederhana namun mampu untuk selalu menjagaku bernapas hingga renta. Sebuah rumah yang mampu melindungiku dari dinginnya gemuruh hujan dan tajamnya sengatan sinar mentari yang melukai pori-pori. Sebuah rumah yang selalu ku rindukan ketika aku sedang jauh darinya. Sebuah rumah yang mampu menepis rasa lelah yang menyelimuti diri. Sebuah rumah untukku memulai dan menutup hari.  Sebuah rumah yang nyaman untuk tempatku pulang.  Sebuah rumah yang... Sudahlah, nggak akan ada habisnya jika aku terus mendeskripsikan rumah yang akan ku huni hingga napasku berhenti ini. Sayang, rumah yang aku maksud itu adalah kamu.  'Cause everytime I look at you

Sonnet XVII Pablo Neruda

I love you without knowing how, when, or from where I love you simply, without problems or pride I love you in this way because I do not know any other way of loving but this in which there is no I or you, so intimate that your hand upon my chest is my hand, so intimate that when I fall asleep your eyes close. Puisi romantis yang tersusun apik yang barusan kau baca itu aku curi dari buku " 100 Love Sonnets " karya  Pablo Neruda, seorang penyair berkebangsaan Chili yang keromantisannya begitu mendunia pada abad ke-20. Dengan mencuri puisinya ke dalam blog-ku ini, mungkin saja aku bisa tertular virus keromantisannya agar aku bisa menjadi sesosok pria romantis bagimu. Sepertinya aku sempat tidak sengaja tenggelam ke dalam kolam yang berisikan alkohol. Mana mungkin aku bisa menjadi sesosok pria yang romantis seperti Pablo Neruda. Yang benar saja wkwk.

Rindu yang Tak Pernah Mati

Perlahan namun pasti, detik waktu melangkah pergi. Siang, sore, malam dan pagi hadir bergantian untuk menyelimuti. Memang sering kali sang mentari mencerahkan hari. Namun tak jarang tetesan hujan hadir untuk mendamaikan bumi. Silau cahaya senja begitu indah untuk dipandangi. Walaupun setelah itu datanglah angin malam yang menusuk pori-pori. Semuanya hadir untuk saling mengganti. Namun dari semua pergantian itu, ada hal yang perlu kamu ketahui. Rinduku padamu selalu hadir dalam setiap pergantian itu. Rinduku padamu yang tak akan pernah mati.

Antara Waktu dan Cinta

Sejak awal kita memulai hubungan ini, taukah kamu hal apa yang paling aku benci? Bukan, bukan sifatmu atau tingkah lakumu yang aku benci. Tapi yang aku benci adalah waktu. Waktu yang cepat berlalu. Waktu yang selalu membatasi canda tawa kita. Aku sama sekali tidak menginginkan hari esok setiap kali aku sedang menggenggam lembut jemari tanganmu, menatap sejuknya kedua bola matamu, dan berada dalam hangatnya pelukmu. Tapi sialnya waktu selalu berhasil membuyarkan semuanya. Sial! Tapi kamu tau tidak, apa hal yang aku suka dari waktu? Aku suka waktu, saat kita sedang bersama. Waktu saat kita sedang bicara berdua sambil menikmati akhir pekan dengan canda dan tawa khas dirimu yang selalu mampu menepi segala penatku setelah berhari-hari terjebak dalam rutinitas yang membosankan. Waktu saat kita sedang berbicara serius mengenai perasaan masing-masing, mengenai hubungan kita ke depan, lalu kamu memecahkan keseriusan tersebut dengan candaan yang sederhana namun memberikan efek bahagia.

Bangun, Peri Kecil!

Hei peri kecil! Jangan kau tertunduk lesu sambil memenjarakan lekukan senyum cerahmu di situ! Ayo bangun! Cerahkan hari dan dunia dengan candamu yang hangat dan tawamu yang menggelegar namun mampu menularkan kebahagiaan itu! Ada jiwa yang selalu menunggu pelukanmu untuk menenangkannya! Ayo bangun!

Menulis untuk mengabadikanmu

Tidak ada yang abadi.  Jiwa yang telah terlahir pasti akan mati. Tidak ada yang abadi. Gumpalan darah segar yang mengalir dalam tubuh yang tegap akhirnya hanya menjadi tulang belulang yang rapuh. Tidak ada yang abadi. Hangatnya sinar mentari bisa seketika digantikan oleh dinginnya tetesan hujan yang membasahi daratan. Namun yang aku yakini dengan pasti, cinta ini akan selalu abadi untukmu. Aku merasa begitu pesimis jika cintamu tak abadi. Maka dari itu izinkan aku untuk menggoreskan kenangan-kenangan bersamamu ke dalam tulisanku agar kau dapat abadi. Walaupun jiwamu telah mati, walaupun bumi berpindah galaksi, walaupun putra bertransformasi menjadi putri, melalui setiap tulisan yang kucoretkan, aku berharap cintamu akan kekal. Menulis untuk mengabadikanmu...

Pelukan Yang Menyadarkan

"Terima kasih telah menyadarkanku." "Menyadarkan apa?" "Kehadiranmu membuatku sadar bahwa orang yang kucintai selama ini tidaklah baik untukku. Dia selalu membuatku mengalami kesedihan. Dan dia selalu memojokkanku seolah aku yang salah. Dan aku sadar bahwa dia adalah lelaki licik. Dia baru akan datang menemuiku setelah dia tidak lagi menemui tepian untuk berlabuh. Bodohnya, aku selalu menyediakan tepian lengkap dengan perlengkapan untuk memudahkannya berlabuh." "Mana mungkin aku bisa menyadarkanmu? Aku kan tidak melakukan apa-apa untukmu?" "Tidak itu tidak benar. Kau telah berbuat banyak untukku. Kau selalu hadir untuk melengkapi hari-hariku. Kau mampu memecahkan kesedihan. Senyum getir karena tangisan semalam seketika berubah menjadi tawa lebar berkat lelucon hangatmu yang mampu membuatku lupa akan semua beban karenanya yang harus kutanggung sendirian." "Apakah kau sedang bergurau?" "Tidak, di sa

Beruntung Aku Sudah Lelah

Selama ini aku hanya mencari sosok sempurna seperti apa yang kuingini. Tapi  pada akhirnya apa yang kudapati? Rasa lelah yang tak tertandingi, kebingungan yang terus menggerogoti, dan ketenangan yang terenggut karena terlalu lama sendiri. Jatuh cinta bukanlah mengenai seberapa sempurnanya dia yang mengisi hatimu. Jatuh cinta yang sempurna, sejatinya justru tidaklah sempurna. Karena apa? Karena pasangan yang paling sempurna adalah dua orang yang tidak sempurna, namun bertemu untuk saling memperbaiki. Beruntungnya aku sudah merasa lelah. Dari rasa lelah yang menghantam kebodohanku, akhirnya aku tersadar: Ternyata aku tidak butuh yang sempurna. Aku hanya butuh dia yang bisa memperbaiki aku. Ternyata aku tidak butuh yang sempurna. Aku hanya butuh dia yang menenangkan dan selalu bisa menjadi teman berbagi. Ternyata aku tidak butuh yang sempurna. Aku hanya butuh yang bahkan ketika aku sedang mengalami hari terburuk pun, yang aku ingin hanyalah untuk berada di sampingnya.

Kepada Bidadari

Kepada bidadari yang turun pagi ini, di luar begitu dingin. Jangan lupa untuk memakai sweater rajut kesayanganmu untuk menghangatkan tubuhmu. Bidadari pagi, meskipun di luar dingin, jangan lupa untuk tersenyum. Tak apa tersenyum sambil menggigil. Walaupun aku sedang menggigil karena tak mengenakan sweater, tapi hanya dengan menolehkan kedua bola mataku ke arah senyummu, tubuhku mampu meleleh di saat angin sedang bergemuruh menusuk pori-pori. Senyummu menghangatkan. Kamu, bidadariku, tersenyumlah :)

Menulis Tentangmu

Aku menulis tentang dirimu hanya untuk memberitahumu bahwa kamu lebih dari sekedar indah bagiku. Aku menulis tentang dirimu hanya untuk membuat kamu selalu ada dalam pikiranku, dalam kehidupanku. Mungkin itulah satu-satunya hal yang bisa aku lakukan untuk membuat kamu bisa selalu ada di sekitarku ketika ragamu tak sedang bersandar dipelukanku.  Menulis tentang dirimu adalah satu-satunya hal yang membuatku jauh dari siksaan pikiran dan panasnya bara cemburu yang membakar perasaan. Aku membuat tulisan-tulisan terindah yang pernah aku buat untukmu hanya untuk mengingatkanku jika dirimu adalah hal terbaik yang pernah ada dalam hidupku.  Aku menulis tentang kita karena aku takut jika kamu akan menghapus semua kenangan kita. Dan aku terlalu takut jika tidak akan pernah ada "kita" sama sekali.  Aku menulis tentangmu karena kamulah sumber inspirasiku. Dan yang terpenting, aku menulis tentangmu karena aku mencintaimu. “If you’re dating a w

Masihkah Kau Ingat?

Kebiasaan burukku mampir lagi. Saat aku menulis ini, jarum jam menunjukkan pukul dua belas lebih sepuluh menit pagi. Seperti biasa, ketika pikiranku sedang tersulut api cemburu karena terlalu berlebihan dalam memikirkan masa lalu kamu  — yang sama sekali tidak kita inginkan untuk diungkit kembali, aku pasti susah tidur dan jika sudah begitu aku hanya bisa menuangkan segala yang ada dipikiranku melalui tulisan di blog ini. Ngomong-ngomong tentang masa lalu, kita juga punya loh masa lalu yang bisa bikin senyum-senyum kampret kalau diingat-ingat. Masih ingatkah kamu ketika dulu, di awal kelas sepuluh kamu selalu menghampiri mejaku dengan membawa kotak bekal berwarna ungu milikmu di setiap jam istirahat untuk menghabiskan makanan yang disiapkan oleh bundamu bersamaku sembari bercengkrama, bercanda dan bersenda gurau denganku? Aku masih ingat dengan cara bicaramu yang hangat padaku, seakan kita sudah mengenal satu sama lain dengan baik sejak lama, padahal kenyataannya kita baru saja be

Kamulah Orang Yang Tepat

Aku selalu kesal ketika aku memikirkan kenapa cintaku untukmu harus terlambat aku sadari. Aku juga selalu kesal ketika memikirkan kenapa kita tidak bersama saja sejak dulu, agar aku bisa melindungimu dari pria-pria brengsek di luar sana yang mencoba menipu kepolosanmu dan menodai bahkan melukai kesucian hatimu. Setelah terlalu banyak bertanya pada diri sendiri, akhirnya aku mendapatkan juga jawaban dari kekesalan itu. Memang, kadang sepasang orang membutuhkan waktu yang lama untuk menyadari bahwa sebenarnya yang mereka butuhkan sudah ada di depan mata. Hanya saja, mereka terlalu terfokus untuk mengejar yang diinginkan. Sama halnya seperti seorang anak. Seorang anak menyukai banyak hal. Mereka suka berlari, mereka suka melompat, bahkan mereka suka terbang. Itu semua yang mereka inginkan. Namun ketika terantuk, terjatuh, bahkan terluka, siapa yang mereka butuhkan? Ibu, atau minimal sebuah pelukan. Anak-anak harus merasakan yang namanya terjatuh dulu, harus merasakan yang namanya luka

Hati Dan Logika

Terima kasih udah mau meluangkan waktu kamu untuk ke sini. Aku nyuruh kamu ke sini bukan karena aku mau nunjukkin tulisan-tulisan romantis ke kamu. Jangan ke sini kalo mau nyari tulisan romantis, karena aku bukan orang yang romantis. Aku nyuruh kamu ke sini karena hati kecilku mau bicara. Karena dia nggak punya mulut, makanya dia nyuruh tanganku untuk menggerakan jemariku hingga akhirnya aku bisa ngetik tulisan ini buat ngewakilin suara dia. Maaf ya kalo tulisannya jelek. Hati kecilku nggak pandai merangkai kata-kata hehehe. Hai Livi. Aku adalah hati kecilnya Dhika. Di sini aku mau cerita. Aku yakin kamulah orang yang tepat untuk menampung segala keluh-kesahku. Jadi tolong disimak baik-baik ya.  Kamu tau nggak, tiap hari aku selalu bertengkar sama logikanya Dhika loh. Sejak Dhika lahir, kami nggak pernah akur. Kami saling mendominasi satu sama lain untuk menentukan aktivitas Dhika. Kami nggak pernah mau ngalah. Kami selalu mau Dhika ngelakuin apa yang kami inginkan. Anehnya, k