Jam 1 pagi, ditemani merdunya pita suara para musisi yang karyanya dibajak dan tersimpan di laptopku secara ilegal, serta kebisingan kipas angin di kamar tempatku biasa mengurung diri, aku merenungkan banyak hal. Berkontemplasi, menghasilkan imajinasi liar, yang kemudian semuanya bermuara pada satu hal: memikirkan kamu. Sehari tanpa dihinggapi kamu di kepala seperti paru-paru tanpa udara, Jakarta tanpa macet, atau memasak Indomie rasa kari ayam tanpa setetes pun air; sulit dimengerti. Ke sana ke mari, berlari hingga seribu kali mengitari bumi. Keringat menetes tiada henti, mengairi selokan, membanjiri jalan. Terbang menembus lapisan atmosfer paling tinggi, hingga oksigen tidak bisa dihirup lagi, mati terombang ambing di luar angkasa sendiri. Atau tenggelam hingga terperangkap di palung paling dalam, menembus mayat-mayat yang membusuk, berenang-renang hingga kemudian hanyut sampai hangus ditelan perut bumi. Di antara pemikiran absurd yang terlintas di kepala, terselip senyum
Isi kepala tertuang dalam kata-kata