Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

What Should We Do

Aku harus apa? Pertanyaan yang barusan kamu baca seringkali muncul di kepalaku ketika kamu sedang menghadapi masalah di kehidupan pribadimu. Sejujurnya, sampai hari ini aku tidak pernah tahu harus melakukan apa setiap kali kamu terjebak di dalam situasi semacam itu. Aku benar-benar tidak tahu. Naluriku mengatakan jika aku harus membantumu. Menyelamatkanmu dari atas menara yang dijaga oleh naga yang mampu mengeluarkan api dari mulutnya, yang mampu membunuhku kapan saja. Berharap setiap kali kamu diculik ke atas menara, aku akan mampu untuk membunuh setiap naga yang menyeretmu ke sana. Nyatanya hal semacam itu hanya ada dalam dongeng saja. Dalam kehidupan sebenarnya, aku merasa tidak berguna. Padahal jika menggunakan kacamata realita, aku bukanlah pangeran. Kamu juga bukan tuan putri lemah yang tidak bisa melakukan apa-apa. Aku seharusnya hanya butuh untuk yakin bahwa kamu mampu menghadapinya sendirian. Tetapi kenyataannya, perasaan sebagai pasangan yang tidak berguna muncul kembali da

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D

Kepada perempuanku yang bertambah tua

Kepada perempuanku yang bertambah tua . Pundakmu semakin berat. Untuk itu aku ucapkan selamat. 19 tahun sudah lamanya kamu menarik napas dan menghembuskannya kembali. Entah kamu sadari atau tidak, tarikan napasmu berikutnya akan terasa lebih berat dari sebelumnya. Seperti beban yang kamu pikul di kedua pundak mungilmu itu. Pundakmu semakin berat. Beban yang mesti kamu pikul bertambah padat. Jurang di masa depan terbuka lebar-lebar. Aku ingin memberitahukanmu bahwa hati-hatilah dalam melangkah. Tidak perlu begitu takut, mungkin kamu akan tersandung sedikit. Saranku, tetaplah berpegang pada kebenaran, walaupun itu bertentangan dengan apa yang kamu pegang selama ini, di dalam benakmu. Singkirkan batu panas di kepalamu serta keegoisan yang sudah begitu matang di dalamnya. Dunia ini bukan duniamu, tapi dunia semua orang. Aspal tidak akan berubah menjadi permen walaupun kamu ingin itu terjadi. Maksudku, kamu tidak akan pernah bisa sepenuhnya menjadikan orang seperti sosok ideal dalam piki