Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2014

Antara Waktu dan Cinta

Sejak awal kita memulai hubungan ini, taukah kamu hal apa yang paling aku benci? Bukan, bukan sifatmu atau tingkah lakumu yang aku benci. Tapi yang aku benci adalah waktu. Waktu yang cepat berlalu. Waktu yang selalu membatasi canda tawa kita. Aku sama sekali tidak menginginkan hari esok setiap kali aku sedang menggenggam lembut jemari tanganmu, menatap sejuknya kedua bola matamu, dan berada dalam hangatnya pelukmu. Tapi sialnya waktu selalu berhasil membuyarkan semuanya. Sial! Tapi kamu tau tidak, apa hal yang aku suka dari waktu? Aku suka waktu, saat kita sedang bersama. Waktu saat kita sedang bicara berdua sambil menikmati akhir pekan dengan canda dan tawa khas dirimu yang selalu mampu menepi segala penatku setelah berhari-hari terjebak dalam rutinitas yang membosankan. Waktu saat kita sedang berbicara serius mengenai perasaan masing-masing, mengenai hubungan kita ke depan, lalu kamu memecahkan keseriusan tersebut dengan candaan yang sederhana namun memberikan efek bahagia.

Bangun, Peri Kecil!

Hei peri kecil! Jangan kau tertunduk lesu sambil memenjarakan lekukan senyum cerahmu di situ! Ayo bangun! Cerahkan hari dan dunia dengan candamu yang hangat dan tawamu yang menggelegar namun mampu menularkan kebahagiaan itu! Ada jiwa yang selalu menunggu pelukanmu untuk menenangkannya! Ayo bangun!

Menulis untuk mengabadikanmu

Tidak ada yang abadi.  Jiwa yang telah terlahir pasti akan mati. Tidak ada yang abadi. Gumpalan darah segar yang mengalir dalam tubuh yang tegap akhirnya hanya menjadi tulang belulang yang rapuh. Tidak ada yang abadi. Hangatnya sinar mentari bisa seketika digantikan oleh dinginnya tetesan hujan yang membasahi daratan. Namun yang aku yakini dengan pasti, cinta ini akan selalu abadi untukmu. Aku merasa begitu pesimis jika cintamu tak abadi. Maka dari itu izinkan aku untuk menggoreskan kenangan-kenangan bersamamu ke dalam tulisanku agar kau dapat abadi. Walaupun jiwamu telah mati, walaupun bumi berpindah galaksi, walaupun putra bertransformasi menjadi putri, melalui setiap tulisan yang kucoretkan, aku berharap cintamu akan kekal. Menulis untuk mengabadikanmu...

Pelukan Yang Menyadarkan

"Terima kasih telah menyadarkanku." "Menyadarkan apa?" "Kehadiranmu membuatku sadar bahwa orang yang kucintai selama ini tidaklah baik untukku. Dia selalu membuatku mengalami kesedihan. Dan dia selalu memojokkanku seolah aku yang salah. Dan aku sadar bahwa dia adalah lelaki licik. Dia baru akan datang menemuiku setelah dia tidak lagi menemui tepian untuk berlabuh. Bodohnya, aku selalu menyediakan tepian lengkap dengan perlengkapan untuk memudahkannya berlabuh." "Mana mungkin aku bisa menyadarkanmu? Aku kan tidak melakukan apa-apa untukmu?" "Tidak itu tidak benar. Kau telah berbuat banyak untukku. Kau selalu hadir untuk melengkapi hari-hariku. Kau mampu memecahkan kesedihan. Senyum getir karena tangisan semalam seketika berubah menjadi tawa lebar berkat lelucon hangatmu yang mampu membuatku lupa akan semua beban karenanya yang harus kutanggung sendirian." "Apakah kau sedang bergurau?" "Tidak, di sa