Skip to main content

Dari Mawar Sampai Kamu



Kata-kata ini tersusun sendiri
Untuk mengenang wafatnya kesendirianku
Yang dikubur dalam-dalam
Ditimbun kebahagiaan
dan disiram kepung senyuman
Karena aku telah dipertemukan denganmu

Hari itu, tiga tahun lalu
Setangkai bunga mawar
Dari penggalan namamu
Mekar dari tas rongsokku
Sebagai pertanda bahwa
Ruangan tua yang bau
Sudut kosong yang berdebu itu
Telah disulap seketika
Menjadi taman surgawi
Dipenuhi canda tawamu

Aku tampar diriku sendiri
Melalui bising di kepala
"Sadar kau idiot"
"Sadar"
Ternyata adalah nyata
Aku memang tidak sedang bermimpi
Tangan dingin yang menggenggammu
Memang tanganku
Yang mengutarakan kepastian
Bahwa kamu jugalah aku

Hari ini, setelah hari itu
Gula masih manis
Tambah manis
Senyumanmu juga
Asal aku tidak mati diabetes
Tak apa

Ini bukan gombal gembel
Sudah kubilang di awal
Kata-kata ini tersusun sendiri
Sebagai penguat
Pernyataan hebat
Bahwa aku
cinta

kamu.

Comments

Popular posts from this blog

Retrospeksi

Dalam hitungan jam sebentar lagi tahun akan berganti, aku sejujurnya tidak ingin mengatakan kalimat klise ini, tapi menurutku memang ada benarnya juga, bahwa tidak terasa ternyata hari ini kita sudah berada di penghujung tahun, tepat di tanggal terakhir bulan Desember. Bagiku, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan kilas balik, untuk mengingat kembali apa saja hal yang sudah kita lalui bersama, apa saja masalah yang sudah kita pecahkan bersama, apa saja kesulitan yang sudah kita hadapi bersama, apa saja kebodohan yang telah kita tertawai bersama, apa saja kejadian menyenangkan yang berakhir dengan senyum semringah kita berdua, juga kejadian lain yang berujung marah, sedih, kecewa, luka; segalanya yang terjadi di tahun ini, yang turut membentuk diri kita hari ini. Cobalah ingat kembali dan terima itu semua sebagai bagian dari dirimu, sekelam atau semenyenangkan apa pun, itulah kepingan-kepingan dalam perjalanan hidupmu yang merangkai kamu saat ini. Hal buruk banyak terjadi, tentu sa

The Wound Is Still Here, But So Am I

Jika lewat tengah malam pesan berisikan link menuju blog ini muncul di Whatsapp-mu, isinya sudah hampir pasti bisa ditebak, lagi-lagi tentang seorang pria yang masih terjebak pada ingatan masa lalu beserta seluruh lukanya yang masih saja tak kunjung sembuh. Beberapa sudah membaik, tetapi sebagian besar sepertinya belum, sehingga seperti biasa ia akan menuangkan segala memar yang tersisa untuk kamu dengarkan. Jadi, begini. Tidak tepat jika menyimpulkan bahwa aku baik-baik saja hanya karena aku terlihat baik-baik saja. Tak jarang sebuah kalimat, aroma, situasi, menarik diriku kembali ke masa kelam itu. Tak terkecuali saat bersamamu, di tengah-tengah momen menyenangkan, rasa sesak di dada ini bisa muncul tiba-tiba secepat kilat dan mengendap selama berhari-hari. Menceritakannya secara langsung tentu saja akan merusak momennya, membuat perasaanmu berubah jadi tidak enak, membuat hubungan kita terasa tidak nyaman, maka karena tidak mau itu semua terjadi, aku memilih diam dan memendamnya sen

Masa Depan dan Misteri

Entah apa yang akan kita temui di depan sana nantinya. Aku juga tidak tahu. Hanya bisa menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Berkhayal akan terjadi apa di sana. Bermimpi akan seperti apa seharusnya hal itu terjadi. Namun ada satu hal penting yang sangat aku inginkan untuk terjadi: di waktu yang akan datang, aku dan kamu masih terus berjalan beriringan. Tentu saja masa depan tetap sulit ditebak, sedetail apa pun kamu memimpikannya. Bahkan jika kamu berhasil menghitung seluruh tetesan hujan yang jatuh ke tanah pada hari Kamis dari pukul dua siang hingga empat sore di dalam mimpimu itu. Pasti tetap akan ada yang meleset. Lalu berakhir pada ketakutan jika yang terjadi tidak sesuai harapan. Apa lagi jika yang terjadi malah jauh dari apa yang diinginkan. Tentu saja itu menyakitkan untuk dipikirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan. Kita memang tidak bisa tau apa yang akan terjadi di depan sana, sebelum kita benar-benar bisa sampai ke sana dengan mengikuti sistem wa