Skip to main content

Pelukan Yang Menyadarkan

"Terima kasih telah menyadarkanku."

"Menyadarkan apa?"

"Kehadiranmu membuatku sadar bahwa orang yang kucintai selama ini tidaklah baik untukku. Dia selalu membuatku mengalami kesedihan. Dan dia selalu memojokkanku seolah aku yang salah. Dan aku sadar bahwa dia adalah lelaki licik. Dia baru akan datang menemuiku setelah dia tidak lagi menemui tepian untuk berlabuh. Bodohnya, aku selalu menyediakan tepian lengkap dengan perlengkapan untuk memudahkannya berlabuh."

"Mana mungkin aku bisa menyadarkanmu? Aku kan tidak melakukan apa-apa untukmu?"

"Tidak itu tidak benar. Kau telah berbuat banyak untukku. Kau selalu hadir untuk melengkapi hari-hariku. Kau mampu memecahkan kesedihan. Senyum getir karena tangisan semalam seketika berubah menjadi tawa lebar berkat lelucon hangatmu yang mampu membuatku lupa akan semua beban karenanya yang harus kutanggung sendirian."

"Apakah kau sedang bergurau?"

"Tidak, di saat semua orang bosan mendengarkan keluhanku tentangnya, kau selalu hadir untuk mendengarkan. Bahkan lebih dari itu, kau mampu menenangkan. Kau mampu memenuhi kebutuhanku yang seharusnya aku dapatkan dari dia, orang yang aku cintai begitu dalam sehingga aku membohongi diriku sendiri."

"Membohongi bagaimana maksudmu?"

"Aku membohongi diriku sendiri jika ternyata yang aku butuhkan bukanlah dia, tetapi dirimu. Orang yang selalu setia di sampingku dalam keadaan apapun. Orang yang selalu setia mendengarkan penderitaanku di saat kamu juga punya kesibukan lain."

"Bukannya aku selalu di sampingmu karena memang kita duduk di satu kursi panjang yang sama? wkwk. ~"

"Aku serius. Aku serius mencintaimu..."

"Aku melakukan itu semua karena selalu ingin kau bahagia. Aku benci melihatmu bersedih. Seorang bidadari tak boleh bersedih. Karena itu akan melukai semangatku. Aku selalu ada untuk mendengarkanmu karena aku tak ingin kau bersedih sendirian. Walaupun yang sering kamu ceritakan itu bukan tentang diriku, tapi jika itu bisa membuatmu menebarkan senyumanmu padaku, aku akan selalu ada untuk mendengarkan. Dan sepertinya aku harus minta maaf kepadamu."

"Minta maaf untuk apa?"

"Maafkan aku karena aku juga mencintaimu di saat kamu masih dalam pelukan orang lain."

"Tidak, aku sudah berhasil membebaskan diri dari belenggunya. Sekarang aku bebas untuk melukmu. Kemarilah, aku ingin memelukmu."

"Sebelum aku merebahkan badanku ke pelukanmu, aku ingin memintamu satu hal."

"Apa itu? Sebutkan saja."

"Aku ingin kau menjadikanku orang terakhir yang bisa memelukmu. Karena aku ingin jadi yang terakhir untukmu."

"Kau akan selalu ada di hidupku walaupun jantungku telah berhenti berdetak. Aku mencintaimu."

"Napasmu adalah napasku. Jangan lepaskan aku jika kau tak ingin berhenti bernapas. Aku juga mencintaimu."

Comments

Popular posts from this blog

Masa Depan dan Misteri

Entah apa yang akan kita temui di depan sana nantinya. Aku juga tidak tahu. Hanya bisa menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Berkhayal akan terjadi apa di sana. Bermimpi akan seperti apa seharusnya hal itu terjadi. Namun ada satu hal penting yang sangat aku inginkan untuk terjadi: di waktu yang akan datang, aku dan kamu masih terus berjalan beriringan. Tentu saja masa depan tetap sulit ditebak, sedetail apa pun kamu memimpikannya. Bahkan jika kamu berhasil menghitung seluruh tetesan hujan yang jatuh ke tanah pada hari Kamis dari pukul dua siang hingga empat sore di dalam mimpimu itu. Pasti tetap akan ada yang meleset. Lalu berakhir pada ketakutan jika yang terjadi tidak sesuai harapan. Apa lagi jika yang terjadi malah jauh dari apa yang diinginkan. Tentu saja itu menyakitkan untuk dipikirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan. Kita memang tidak bisa tau apa yang akan terjadi di depan sana, sebelum kita benar-benar bisa sampai ke sana dengan mengikuti sistem wa

Aku Kangen Kamu

Aku kangen kamu. Aku kangen duduk di sampingmu, lalu kita mulai membicarakan banyak hal; mulai dari yang remeh-temeh sampai ke hal yang serius. Aku kangen bercanda bersamamu. Aku kangen tertawa bersamamu. Aku kangen dengan candaanmu yang menggoda itu. :p Aku kangen dengan tangan isengmu yang suka mengelitikiku itu. Aku kangen suaramu yang selalu mampu melelehkanku. Aku kangen senyumanmu yang selalu berhasil membuatku lupa akan caranya berpijak di lantai. Aku kangen ketika kamu mulai mengeluh kelilipan di jalan saat kita sedang duduk berdua di sepeda motor Supra Fit butut hadiah dari papaku wkwk :p :p :p Aku kangen untuk membicarakan masa depan 'kita' bersamamu. Aku kangen untuk melayangkan cubitanku di pipimu. Aku kangen untuk mengacak-ngacak wajah dan rambutmu yang cantik itu. Aku kangen untuk menjadi pria manja dihadapanmu. Aku kangen duduk di taman berdua denganmu sembari mengobrol dan berteduh dari teriknya sengatan s

Retrospeksi

Dalam hitungan jam sebentar lagi tahun akan berganti, aku sejujurnya tidak ingin mengatakan kalimat klise ini, tapi menurutku memang ada benarnya juga, bahwa tidak terasa ternyata hari ini kita sudah berada di penghujung tahun, tepat di tanggal terakhir bulan Desember. Bagiku, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan kilas balik, untuk mengingat kembali apa saja hal yang sudah kita lalui bersama, apa saja masalah yang sudah kita pecahkan bersama, apa saja kesulitan yang sudah kita hadapi bersama, apa saja kebodohan yang telah kita tertawai bersama, apa saja kejadian menyenangkan yang berakhir dengan senyum semringah kita berdua, juga kejadian lain yang berujung marah, sedih, kecewa, luka; segalanya yang terjadi di tahun ini, yang turut membentuk diri kita hari ini. Cobalah ingat kembali dan terima itu semua sebagai bagian dari dirimu, sekelam atau semenyenangkan apa pun, itulah kepingan-kepingan dalam perjalanan hidupmu yang merangkai kamu saat ini. Hal buruk banyak terjadi, tentu sa