Terima kasih udah mau meluangkan waktu kamu untuk ke sini. Aku nyuruh kamu ke sini bukan karena aku mau nunjukkin tulisan-tulisan romantis ke kamu. Jangan ke sini kalo mau nyari tulisan romantis, karena aku bukan orang yang romantis. Aku nyuruh kamu ke sini karena hati kecilku mau bicara. Karena dia nggak punya mulut, makanya dia nyuruh tanganku untuk menggerakan jemariku hingga akhirnya aku bisa ngetik tulisan ini buat ngewakilin suara dia. Maaf ya kalo tulisannya jelek. Hati kecilku nggak pandai merangkai kata-kata hehehe.
Hai Livi. Aku adalah hati kecilnya Dhika. Di sini aku mau cerita. Aku yakin kamulah orang yang tepat untuk menampung segala keluh-kesahku. Jadi tolong disimak baik-baik ya.
Kamu tau nggak, tiap hari aku selalu bertengkar sama logikanya Dhika loh. Sejak Dhika lahir, kami nggak pernah akur. Kami saling mendominasi satu sama lain untuk menentukan aktivitas Dhika. Kami nggak pernah mau ngalah. Kami selalu mau Dhika ngelakuin apa yang kami inginkan. Anehnya, keinginan kami nggak pernah sama. Pasti selalu bertentangan. Kalo aku penginnya main, pasti si logika penginnya aku belajar. Kalo aku penginnya nangis, pasti si logika penginnya ketawa. Selalu begitu. Nggak pernah sejalan. Tapi aku sedikit beruntung, karena Dhika lebih suka ngikutin inginku daripada ingin si logika kampret itu.
Tapi itu nggak berlaku buat urusan cinta. Dari dulu kalo urusan cinta, pasti Dhika lebih menuruti keinginan si logika daripada keinginan aku. Harusnya kan cinta pake hati, bukan pake logika. Tapi Dhika selalu ngikutin apa kata logikanya, bukan kata hatinya. Padahal kan logika itu terlalu banyak mikirnya. Yang ini lah, yang itu lah. Ribet. logika juga cuma mau enaknya doang. Dia cuma mau yang cantik, yang seksi, dan enak dipandang. Ngeselin banget. Dia pikir cinta itu yang kayak gitu. Pendapat yang buruk. Aku yang jauh lebih paham tentang cinta merasa heran karena Dhika selalu gunain logikanya dibandingkan aku dalam hal yang aku kuasain banget. Aku jadi nggak pernah bahagia walaupun Dhika biasanya selalu ngikutin apa yang aku katakan dibandingkan dengan apa yang dikatakan oleh logika.
Gara-gara logika lebih mendominasi soal cinta, keputusan-keputusan yang dia ambil jadi nggak pernah tepat sasaran. Endingnya? Dia nggak pernah berhasil soal cinta. Kenapa? Karena aku, hati kecilnya, nggak pernah bahagia.
Aku selalu percaya keajaiban pasti akan datang. Keajaiban yang bisa mengubah cara Dhika mengambil keputusan soal cinta. Aku selalu berharap jika suatu saat nanti Dhika akan menggunakan aku untuk mengambil keputusan soal cinta. Aku berharap Dhika akan mengikuti kata hatinya, bukan kata logikanya.
Aku selalu menunggu keajaiban itu datang. Tapi si logika yang ngeselin itu dominasinya semakin kuat. Ambisi Dhika untuk mengejar cewek yang tidak sesuai dengan harapanku semakin tak terbendung. logika begitu kuat dalam peperangan ini. Aku tak sanggup mengalahkan segala kekuatan yang dimilikinya. Karena itu, aku lebih memilih untuk mengubur segala harapanku. Saat itu aku beranggapan bahwa mungkin aja Dhika emang lebih suka menggunakan logikanya dibandingkan hati kecilnya. Makanya aku jadi kalah terus. Tapi walaupun begitu, aku yakin suatu saat nanti pasti aku akan berguna dalam urusan cinta. Karena cinta sejatinya milik hati, bukan milik logika.
Akhirnya saat yang aku tunggu-tunggu tiba. Logikanya mulai lelah dan ambisinya mulai mereda. Bahkan cenderung menghilang. Harapan yang sudah aku kubur dalam-dalam kemudian aku gali lagi, aku angkat setinggi-tingginya lalu aku hempaskan hingga dia bertaburan dan menghiasi langit. Itu semua terjadi karena kamu. Semenjak Dhika mengenalmu, dominasi otak tak lagi lebih dominan dibandingkan dengan kekuatan yang aku miliki. Setelah sekian lama aku bersembunyi dalam kesunyian dan keterpurukan, akhirnya aku berani menampakkan diri lagi.
Semakin Dhika dekat denganmu, kekuatanku semakin meningkat. Aku yang lemah dan tidak sekuat logika akhirnya bisa bangkit melawannya. Tapi logika tidak tinggal diam. Dia selalu berusaha untuk menyingkirkan kalian berdua dengan fakta-fakta yang dia kumpulkan. Walaupun aku lebih mendominasi, tapi aku tidak bisa menyerang logika, karena sejatinya aku memang makhluk yang lembut dan tak berdaya. Jadi aku tetap merasakan sakit walau sedang berjaya.
Logika tak pernah suka dengan keputusanku. Dia selalu menyerangku dengan tusukan-tusukan yang tajam dan menyakitkan. Dia selalu mengintimidasiku dengan kekecewaan yang mendalam. Tapi aku tidak pernah menyerah untuk mempertahan cinta Dhika kepadamu. Karena aku telah mempercayakan diriku sepenuhnya padamu.
Dengan tulisan ini, aku bermaksud untuk memohon kepadamu. Tolong jangan kecewakan aku. Kamu yang telah berhasil menghidupkan kembali harapanku. Jadi aku ingin kamu bisa mewujudkan harapanku hingga harapan ini tidak hanya menjadi bualan belaka. Tapi harapan ini bisa menjadi nyata dengan kehadiranmu di sisinya.
Biarkan logika ini terus menyerangku dengan masa lalumu. Biarkan logika ini terus menyayatku dengan fakta-fakta yang tidak menyenangkan. Biarkan logika ini terus menusukku. Biarkan aku tersiksa hingga logika ini sadar dengan sendirinya jika kesalahanmu di masa lalu tidak akan bisa mengalahkan kekuatan cinta. Aku harap kamu bisa menyadarkan logika bahwa cinta Dhika bukanlah miliknya, tapi cinta Dhika adalah milikmu.
Hati kecil ini akan selalu jadi milik kamu, Liv...
Comments
Post a Comment