Skip to main content

The Story of Us (Part 1)

Pernah nggak sih ketika kamu lagi sendirian di tempat yang sunyi dan tenang tiba-tiba kamu memikirkan tentang aku? Tentang kita? Pernah nggak sih kamu bertanya ke diri kamu sendiri kenapa kita bisa sampai pada tahap ini? Kenapa kita—dua kepala yang jelas-jelas berbeda dengan keegoisannya masing-masing—bisa bersatu untuk membangun hubungan ini? Pernah nggak sih kamu mikir kenapa aku dan kamu bisa saling jatuh cinta? Padahal kita belum pernah kenal sebelumnya. Kamu punya hidup dan ceritamu sendiri, aku pun juga demikian. Pernah nggak kamu terpikir bagaimana bisa semua hal-hal ini terjadi dan semua pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepala kita?

Aku telah lama diserang oleh semua pertanyaan itu. Melalui tulisan ini, aku berusaha menjawabnya.

Jujur, aku sendiri sebenarnya juga nggak ngerti kenapa hal ini bisa terjadi kepada kita. Dulu kamu punya pacar. Aku juga sibuk sama pacar-pacarku; laptop, internet, henpon, blog, seperangkat alat futsal, gitar bekas, dan kam...

OKEH STOP! AKU DULU JOMBLO. PUAS KAMU?

Yang aku tau, meskipun kita sudah saling kenal semenjak masuk di kelas yang sama saat kelas 10 SMA, kita tetap sibuk dengan dunia masing-masing. Kamu bahagia dengan pacarmu, aku juga (kayaknya sih) bahagia banget sama pacar-pacarku. Nggak pernah terbesit di pikiranku untuk jatuh cinta sama kamu, apa lagi sampe macarin.

Kamu ingat pertama kali kita duduk bareng karena sebuah keberuntungan—atau mungkin takdir yang mengharuskan kita bersama—saat ada rolling untuk memilih teman sebangku dulu? Aku merasa jika itu titik awal bagi kita untuk saling kenal secara dekat dan menyatakan diri sebagai sahabat.

Kisah kita bermula dari persahabatan.

Entah kapan pertama kali aku merasa kalo aku mulai menyukai keidiotanmu, tapi yang jelas aku selalu merasa nyaman setiap kali ada di dekatmu. Meskipun setiap kita duduk berdua kamu selalu mendominasi percakapan dengan segala curhat-galau-melau-silau-mu dan tidak membiarkanku bercerita mengenai diriku, tapi aku tetap nyaman untuk mendengarkanmu. Aku merasa jika kamu butuh didengarkan, karena laki-laki kesayanganmu dulu mungkin tidak bisa menjadi pendengar yang baik seperti apa yang aku lakukan kepadamu.

Aku dulu terkenal sebagai jomblo dengan tips serta ramuan cinta yang mujarab untuk diterapkan di setiap hubungan teman-temanku. Tapi makin banyak tau tentang busuknya cinta malah bikin aku jadi males buat jatuh cinta. Apa lagi sampe pacaran. Aku nggak mau repot-repot ngurusin hal-hal nggak penting kayak gitu. Aku nggak mau ngerasain apa yang kamu rasain. Ya, aku dulu secemen itu.

Sampai akhirnya aku semakin dekat denganmu.

Kamu ingat nggak waktu pertama kali kita ngerencanain buat nge-date? Ehm, maksudnya nonton. Aku lupa waktu itu kamu ngajak aku nonton karena emang pengin nonton atau karena Kato nawarin tiket murah ke kita berdua. Yang aku inget dengan jelas adalah kamu minta dibayarin sama aku dan duit gocapku yang aku kumpulin dengan susah payah tiba-tiba melayang begitu saja untuk dua tiket yang katanya lebih murah dari harga aslinya itu. Dasar kampret, baru pertama kali nonton udah minta dibayarin. Asal kamu tau, aku itu orangnya perhitungan. Kalo menurutku nggak bermanfaat apa-apa buatku ya aku nggak mau ngeluarin tenaga, pikiran, apa lagi uang. Semua perempuan yang pernah ngajak aku nonton nggak pernah ada yang aku bayarin. Malah baru ngajak nonton aja udah aku tolak. Tapi kalo buat kamu entah kenapa aku nggak terlalu mempermasalahin itu. FYI, kamu perempuan pertama yang aku bayarin nonton. Serius. Aku bukannya pelit, tapi alasannya udah aku jelasin di paragraf ini. Entah kenapa aku seneng kalo bisa bikin kamu seneng.

Ya walaupun pas pulangnya aku minta dibayarin biaya sewa parkir sama kamu sih.

Aku masih inget ketika aku heboh sendiri sebelum aku mau berangkat untuk ngejemput kamu di meeting point yang udah kita tentuin sebelumnya. Aku bingung milih pakaian mana yang pantes untuk aku pake nge-date, ehm, maksudnya nonton sama kamu. Aku bener-bener pengin tampil sempurna di hadapan kamu.

Selama perjalanan menuju meeting point, aku ngerasa deg-degan. Entah kupu-kupu sebesar apa yang menggerayangi tubuhku, yang jelas aku merasa geli sekali. Perasaanku benar-benar nggak karuan. Ketika sudah sampai di tempat yang sudah disepakati, aku semakin grogi sekaligus panik karena kamu belum datang dan sulit sekali untuk dihubungi. Aku  juga sempat merasa bete karena disengat cahaya matahari yang sangat terik dan lelah menunggu kedatanganmu. Sampai akhirnya kamu datang dengan begitu cantiknya dan membuat perasaanku semakin kacau. Benar-benar campur aduk rasanya. Jantungku berontak ingin keluar. Entah kapan terakhir kali aku ngerasain hal seperti itu. Kehadiranmu benar-benar membawa perubahan besar buatku. Terutama pada sudut pandangku soal cinta.

Kamu berhasil membuatku jatuh cinta.






Cerita nggak jelasnya cukup sampai di sini dulu. Aku udah ngerasa ngantuk dan pengin segera tidur supaya bisa mimpiin kamu. Tenang aja, aku pasti bakal nerusin ini kok.


Selamat penasaran yaaa:p

Comments

Popular posts from this blog

Masa Depan dan Misteri

Entah apa yang akan kita temui di depan sana nantinya. Aku juga tidak tahu. Hanya bisa menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Berkhayal akan terjadi apa di sana. Bermimpi akan seperti apa seharusnya hal itu terjadi. Namun ada satu hal penting yang sangat aku inginkan untuk terjadi: di waktu yang akan datang, aku dan kamu masih terus berjalan beriringan. Tentu saja masa depan tetap sulit ditebak, sedetail apa pun kamu memimpikannya. Bahkan jika kamu berhasil menghitung seluruh tetesan hujan yang jatuh ke tanah pada hari Kamis dari pukul dua siang hingga empat sore di dalam mimpimu itu. Pasti tetap akan ada yang meleset. Lalu berakhir pada ketakutan jika yang terjadi tidak sesuai harapan. Apa lagi jika yang terjadi malah jauh dari apa yang diinginkan. Tentu saja itu menyakitkan untuk dipikirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan. Kita memang tidak bisa tau apa yang akan terjadi di depan sana, sebelum kita benar-benar bisa sampai ke sana dengan mengikuti sistem wa

Aku Kangen Kamu

Aku kangen kamu. Aku kangen duduk di sampingmu, lalu kita mulai membicarakan banyak hal; mulai dari yang remeh-temeh sampai ke hal yang serius. Aku kangen bercanda bersamamu. Aku kangen tertawa bersamamu. Aku kangen dengan candaanmu yang menggoda itu. :p Aku kangen dengan tangan isengmu yang suka mengelitikiku itu. Aku kangen suaramu yang selalu mampu melelehkanku. Aku kangen senyumanmu yang selalu berhasil membuatku lupa akan caranya berpijak di lantai. Aku kangen ketika kamu mulai mengeluh kelilipan di jalan saat kita sedang duduk berdua di sepeda motor Supra Fit butut hadiah dari papaku wkwk :p :p :p Aku kangen untuk membicarakan masa depan 'kita' bersamamu. Aku kangen untuk melayangkan cubitanku di pipimu. Aku kangen untuk mengacak-ngacak wajah dan rambutmu yang cantik itu. Aku kangen untuk menjadi pria manja dihadapanmu. Aku kangen duduk di taman berdua denganmu sembari mengobrol dan berteduh dari teriknya sengatan s

Retrospeksi

Dalam hitungan jam sebentar lagi tahun akan berganti, aku sejujurnya tidak ingin mengatakan kalimat klise ini, tapi menurutku memang ada benarnya juga, bahwa tidak terasa ternyata hari ini kita sudah berada di penghujung tahun, tepat di tanggal terakhir bulan Desember. Bagiku, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan kilas balik, untuk mengingat kembali apa saja hal yang sudah kita lalui bersama, apa saja masalah yang sudah kita pecahkan bersama, apa saja kesulitan yang sudah kita hadapi bersama, apa saja kebodohan yang telah kita tertawai bersama, apa saja kejadian menyenangkan yang berakhir dengan senyum semringah kita berdua, juga kejadian lain yang berujung marah, sedih, kecewa, luka; segalanya yang terjadi di tahun ini, yang turut membentuk diri kita hari ini. Cobalah ingat kembali dan terima itu semua sebagai bagian dari dirimu, sekelam atau semenyenangkan apa pun, itulah kepingan-kepingan dalam perjalanan hidupmu yang merangkai kamu saat ini. Hal buruk banyak terjadi, tentu sa