Takut akan sebuah kehilangan merupakan reaksi yang wajar untuk dirasakan. Kebahagiaan atas kebersamaan yang selama ini terjalin, bisa saja tiba-tiba lenyap ditelan bumi, menghilang tanpa pernah bisa kembali. Segala canda tawa yang pernah tercipta, hanya bisa dikenang sebagai memori yang pernah terjadi. Kehilangan, sebesar apa pun kamu membencinya, pada saatnya ia akan datang juga, tanpa pernah menunggu kita siap untuk menghadapinya.
Menghargai dan menghidupi setiap pertemuan, hanya itu yang bisa dilakukan agar di masa depan tidak mesti memikul banyak penyesalan. Menganggap setiap pertemuan sebagai kemungkinan bahwa itu adalah pertemuan terakhir, membuat pertemuan itu menjadi semakin bermakna. Mungkin itu senyum terakhir yang akan aku lihat, mungkin itu tawa yang terakhir aku dengar, mungkin itu tangis terakhir yang akan membasahi pundakku, mungkin itu pelukan terakhir yang menghangatkan hariku. Tidak ada yang tau, juga tidak ada yang mampu memastikan bahwa hidup ini akan selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita mau. Ketidakjelasan dan ketidakpastian ini menghasilkan ketakutan yang teramat dalam, tetapi harus selalu dihadapi, karena hidup memang jalannya sudah demikian adanya.
Selama kesempatan untuk menatapmu masih ada, biarkan aku menatapmu lebih lama lagi, memandangi indahnya mata bulatmu lebih dalam lagi, menikmati segala reaksi bahagia yang dihasilkan tubuhku selama berada di dekatmu. Mengetahui bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini, membuatku lebih bersyukur jika hari ini masih berkesempatan untuk menuliskan sesuatu untuk kamu baca, menggenggam tanganmu yang mungil dan lembut, menjemputmu sepulang kerja, juga berkesempatan untuk mencintaimu tanpa batas waktu.
Entah siapa yang nantinya akan pergi lebih dulu, yang terpenting adalah kita pernah, masih, dan terus akan menjadi sepasang yang saling mengasihi.
Comments
Post a Comment