Entah sudah berapa puluh kali, keadaan seperti ini terulang kembali.
Ditarik paksa menuju memori kelam beberapa tahun silam. Tidak, aku tidak berusaha menggalinya sendiri, ia datang begitu saja tanpa permisi.
Membuat dadaku terasa sesak lagi dan lagi.
Aku sudah memaafkan. Aku sudah menerima, juga merelakan. Tetapi selalu ada seperti kerikil yang mengganjal setiap langkah kecilku, sementara batu-batu besar yang menghadang, kuyakin seluruhnya sudah berhasil aku lewati.
Mungkin kamu sudah lelah mendengarkan, aku juga sudah lelah merasakan. Tidak ada siapa pun di dunia ini yang ingin mengalami hal serupa, begitu juga diriku. Setidaknya langkah kakiku ini masih mengarah ke depan, walaupun pandanganku masih sering menoleh ke belakang.
Mimpi buruk yang tak berkesudahan, siapa pun tolong bangunkan. Sudah cukup bagiku ditampar keadaan. Atau jangan-jangan aku sebetulnya sudah sepenuhnya sadar? Sadar bahwa inilah kenyataan yang harus kuhidupi, bahwa seperti inilah hidupku digariskan, tidak bisa lari, tidak bisa sembunyi. Kumpulan perasaan tidak menyenangkan ini, sudah jadi bagian dari diriku, yang mesti dijalani.
Mungkin suatu hari nanti kamu akan merasa muak, lalu kembali angkat kaki, meninggalkanku membusuk sendiri.
Atau berusaha meyakinkanku bahwa hidup ini masih layak dihidupi.
Entah mana yang akan kamu pilih nanti, aku tidak berhak mencampuri.
Maaf ya, karena sudah membuatmu khawatir.
Aku (mungkin) akan baik-baik saja.
Karena aku percaya, akan selalu ada dirimu di sebelahku, untuk meyakinkanku bahwa dunia ini masih baik-baik saja.
Comments
Post a Comment