Bukan tentang apa dan di mana, tapi dengan siapa kamu melakukannya. Kalimat barusan, aku sangat mengamininya, karena aku sering mengalaminya. Coba bayangkan kamu sedang mendatangi tempat yang sangat ingin kamu datangi, kemudian bayangkan seseorang yang sangat kamu benci, terakhir coba bayangkan kalian berada di situasi yang sama. Kalian bisa saja tidak sengaja bertemu di sana atau memang sudah berjanji ingin pergi bersama. Aku yakin kamu tidak akan pernah mau mendatangi tempat itu lagi, karena kenangan buruk bersama orang yang kamu benci tercipta di sana. Dengan siapa kamu pergi, dengan siapa kamu bergandengan tangan, dengan siapa kamu berbagi tawa dan cerita, dengan siapa kamu menuangkan marah dan kecewa, semua komponen itu yang menyusun apakah kenangan akan teringat sebagai hal yang menyenangkan atau menyebalkan, membahagiakan atau menyakitkan, dirindukan atau ingin dilupakan.
Dengan kamu, bersama kamu, hal yang biasa saja bagi orang lain akan terasa istimewa buatku. Semudah berboncengan mengitari kota Tangerang Selatan di malam hari, berteduh di emperan ruko karena enggan kebasahan, meneguk segelas teh tarik hangat yang kamu pesankan untukku dari penjual minuman keliling di pinggir jalan, semuanya tersimpan menjadi memori yang menyenangkan. Bagaimana kita tertawa bersama karena tingkah lucumu atau omelanku kepada pengguna jalan lain yang jauh lebih menyebalkan dari tingkah kucing-kucingku, semua itu jadi menyenangkan karena dilakukan bersamamu.
Karena itu, aku ingin kita bersama jauh lebih lama lagi, terus-menerus menciptakan banyak kenangan menyenangkan bersama. Jika salah satu dari kita sudah tidak ada, maka salah satu dari kita akan menyimpannya sebagai kenangan berharga. Untuk itu, selagi waktu masih ada, selagi masih bisa saling berbagi tawa, jangan pernah melepas genggamanmu (lagi), agar kita yang tersenyum lepas bersama tidak hanya berakhir menjadi kenangan bahagia yang sesekali teringat saja.
Comments
Post a Comment