Skip to main content

Penyesalan Seorang Pria


Malam ini terasa begitu berat. Jarum jam berdetak sangat lambat. Tak sebanding dengan jantungku yang terasa seperti berhenti berdetak, layaknya orang sekarat.

Aku tak tau betul bagaimana rasanya sekarat, apa lagi sampai jantung berhenti berdetak. Namun, aku cukup paham bagaimana rasanya memiliki hati yang patah.

Hati priamu kembali patah, karena ulahnya sendiri.

Entah apakah masih pantas aku menyebut diriku sebagai priamu. Yang jelas, sampai saat kamu membaca tulisan ini pun aku masih sangat bangga menjadi sesosok manusia yang melengkapi hidupmu.

Atau justru kehadiranku malah merusak duniamu?

Kejadian malam ini menambah catatan burukku di buku berjudul kekecewaan. Satu kalimat yang kamu update di timeline akun media sosialmu kembali menampar pikiranku. Sungguh kesalahan yang sangat besar karena aku tidak peka terhadap permintaanmu.

Harusnya aku memiliki perasaan yang mampu menangkap segala jenis rasa seperti lidah.

Harusnya aku bertindak cepat atas keresahanmu.

Harusnya aku bisa berkorban lebih besar lagi untukmu.

Harusnya...

Tapi semua keharusan itu tinggalah percuma. Nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah terlambat. Hatimu telah tergores cukup dalam. Penyesalanku tidaklah berarti apa-apa.

Hati priamu akan terus patah jika kamu masih saja kecewa. Lewat tulisan ini, aku ingin meminta maaf kepadamu. Aku sadar bahwa aku bodoh. Aku sadar bahwa aku tidak berguna. Aku sadar bahwa aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk kebahagiaanmu.

Mungkin berat bagimu untuk memaafkanku yang telah membiarkanmu menghadapi terpaan badai sendirian. Mungkin sulit bagimu untuk memaafkanku yang telah membiarkanmu kesulitan mencari pertolongan.

Aku minta maaf.

Walaupun aku selalu saja penuh kekurangan dan selalu saja mengecewakanmu, tetapi ada satu hal yang perlu kamu pahami: Entah sudah berapa puluh badai yang aku hadapi, entah sudah berapa puluh kali priamu mengalami patah hati, tapi aku tak peduli. Karena priamu hanya ingin melihat bidadarinya tersenyum bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Masa Depan dan Misteri

Entah apa yang akan kita temui di depan sana nantinya. Aku juga tidak tahu. Hanya bisa menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Berkhayal akan terjadi apa di sana. Bermimpi akan seperti apa seharusnya hal itu terjadi. Namun ada satu hal penting yang sangat aku inginkan untuk terjadi: di waktu yang akan datang, aku dan kamu masih terus berjalan beriringan. Tentu saja masa depan tetap sulit ditebak, sedetail apa pun kamu memimpikannya. Bahkan jika kamu berhasil menghitung seluruh tetesan hujan yang jatuh ke tanah pada hari Kamis dari pukul dua siang hingga empat sore di dalam mimpimu itu. Pasti tetap akan ada yang meleset. Lalu berakhir pada ketakutan jika yang terjadi tidak sesuai harapan. Apa lagi jika yang terjadi malah jauh dari apa yang diinginkan. Tentu saja itu menyakitkan untuk dipikirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan. Kita memang tidak bisa tau apa yang akan terjadi di depan sana, sebelum kita benar-benar bisa sampai ke sana dengan mengikuti sistem wa

Aku Kangen Kamu

Aku kangen kamu. Aku kangen duduk di sampingmu, lalu kita mulai membicarakan banyak hal; mulai dari yang remeh-temeh sampai ke hal yang serius. Aku kangen bercanda bersamamu. Aku kangen tertawa bersamamu. Aku kangen dengan candaanmu yang menggoda itu. :p Aku kangen dengan tangan isengmu yang suka mengelitikiku itu. Aku kangen suaramu yang selalu mampu melelehkanku. Aku kangen senyumanmu yang selalu berhasil membuatku lupa akan caranya berpijak di lantai. Aku kangen ketika kamu mulai mengeluh kelilipan di jalan saat kita sedang duduk berdua di sepeda motor Supra Fit butut hadiah dari papaku wkwk :p :p :p Aku kangen untuk membicarakan masa depan 'kita' bersamamu. Aku kangen untuk melayangkan cubitanku di pipimu. Aku kangen untuk mengacak-ngacak wajah dan rambutmu yang cantik itu. Aku kangen untuk menjadi pria manja dihadapanmu. Aku kangen duduk di taman berdua denganmu sembari mengobrol dan berteduh dari teriknya sengatan s

Retrospeksi

Dalam hitungan jam sebentar lagi tahun akan berganti, aku sejujurnya tidak ingin mengatakan kalimat klise ini, tapi menurutku memang ada benarnya juga, bahwa tidak terasa ternyata hari ini kita sudah berada di penghujung tahun, tepat di tanggal terakhir bulan Desember. Bagiku, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan kilas balik, untuk mengingat kembali apa saja hal yang sudah kita lalui bersama, apa saja masalah yang sudah kita pecahkan bersama, apa saja kesulitan yang sudah kita hadapi bersama, apa saja kebodohan yang telah kita tertawai bersama, apa saja kejadian menyenangkan yang berakhir dengan senyum semringah kita berdua, juga kejadian lain yang berujung marah, sedih, kecewa, luka; segalanya yang terjadi di tahun ini, yang turut membentuk diri kita hari ini. Cobalah ingat kembali dan terima itu semua sebagai bagian dari dirimu, sekelam atau semenyenangkan apa pun, itulah kepingan-kepingan dalam perjalanan hidupmu yang merangkai kamu saat ini. Hal buruk banyak terjadi, tentu sa