Malam ini entah bagaimana kedua mataku masih menyala terang, padahal tubuhku telah terasa lelah, ingin rasanya segera terlelap. Mungkin karena sebelumnya aku menghabiskan hari dengan tidur terlalu lama. Sekarang yang aku lakukan hanya menatap timeline Twitter Sembari mendengarkan playlist random berisi lagu-lagu berbahasa Indonesia. Jarang sekali aku mendengarkan musik Indonesia, biasanya hari-hariku selalu diisi oleh para penembang dari Jepang. Sampai tiba-tiba lantunan indah dengan lirik puitis dari Yura Yunita mampir ke telinga ini. "Tenang, tenang!" ucap Teh Yura seraya bernada. Namun, bukan itu yang membuatku memulai tulisan ini, tetapi penggalan lirik di awal lagu,
"Dialog dini hari
Kepada diriku sendiri
Tak bisa ku tertidur lagi
Melayang pikirku tak pasti"
Sebuah kegiatan overthinking yang dibalut nada-nada harmonis ternyata bisa menghasilkan lantunan semerdu itu. Padahal Teh Yura bisa dengan mudah mengatakan, "Nggak bisa tidur nih gara-gara overthinking, kumaha euy?" tapi dia malah memilih cara rumit dengan menciptakan lagu. Ada-ada saja memang kelakuan penyanyi satu itu. Yang jelas, lirik dari lagu Tenang ini cukup relatable buatku, karena sesekali aku masih mengalaminya. Misalnya saja saat ini.
Sehebat apa pun aku menepisnya, tak jarang ada kalanya aku kalah juga, tenggelam dalam kegelapan yang sudah lama ingin aku singkirkan. Rasa menyakitkan, dendam, amarah, kesedihan, kekalutan, masih saja kembali menghampiriku yang berusaha sepenuhnya bahagia ini. Entah apa lagi jawaban yang mesti aku cari. Menerima? Memaafkan? Melupakan? Membiarkan? Merelakan? Cara apa lagi yang belum aku lakukan? Aku meyakini betul bahwa setiap cara yang disarankan oleh orang yang berpengalaman dan para profesional sudah aku dengarkan dan lakukan. Setiap nasehat yang masuk, coba aku ikuti. Setiap langkah menuju kesembuhan, coba aku resapi. Namun, nyatanya aku masih ngos-ngosan, berputar-putar di lingkaran setan ini.
Tidak mudah memang menutupi setiap lubang setelah ditusuk bertubi-tubi dari belakang. Kadang masih saja ada celah, kadang pula yang tertutupi muncul kembali, apa memang mestinya diterima saja bahwa lubang itu akan selamanya ada. Tentu mudah jika tanpa diiringi rasa sakit, permasalahannya, tentu saja, soal sakitnya. Semoga pasanganku adalah perawat paling sabar di dunia karena ia akan menghadapi si pesakitan ini di sepanjang hidupnya.
"Dialog dini hari
Resah gelisah mengiringi
Berharap ada yang mengerti
Berharap kau ada di sini"
Mungkin, seperti yang Teh Yura katakan, aku hanya berharap ada yang mengerti. Mengerti bahwa proses kesembuhanku akan panjang dan melelahkan. Mengerti bahwa memahami rasa sakit ini tidak semudah memahami luka karena tergores pisau atau luka karena jatuh dari sepeda. Mengerti bahwa seluruh perasaanku adalah valid dan mewajarkannya. Dimengerti. Mungkin itu yang benar-benar aku harapkan, selain berharap bahwa kamu akan terus ada di sini, untuk mengerti.
Comments
Post a Comment