Sabtu lalu kami menonton Suzume no Tojimari, ini berarti sudah kedua kalinya tunanganku menuruti naluri jejepanganku untuk menyaksikan animasi Jepang di layar lebar. Ketika pasangan tidak hanya mendukung, tetapi juga bergabung untuk mengalami hobi yang kita sukai, perasaan senang yang hadir tentu tidak biasa, patut disyukuri.
Tidak aneh jika Makoto Shinkai menghadirkan keajaiban dari film animasi yang disutradarainya, aku sudah mempersiapkan diri untuk takjub sejak jauh hari sebelum film ini mengumumkan jadwal tayangnya. Benar saja, aku takjub. Bukan hanya karena visual dan cerita yang manis, melainkan juga karena ada kutipan menarik dalam film Suzume dari pria yang dikutuk menjadi kursi anak kecil, tapi aku lupa persisnya, yang jelas ucapannya seketika menamparku keras. Intinya:
"Live in the moment."
Aku seringkali lupa untuk hidup di hari ini, di momen ini, di mana aku dikelilingi oleh orang-orang yang aku sayangi. Ingatanku masih saja rutin terjebak di akhir 2019 dan awal 2020. Bukan, ini bukan tentang kemunculan Covid-19 pertama kali di Depok, bagiku ini jauh lebih mengancam nyawa daripada Covid (karena aku sudah dihinggapi Covid dua kali dan terbukti masih hidup hari ini, walaupun saat ini sedang dipusingkan dengan biaya resepsi pernikahan yang ternyata mahal sekali ya). Tak perlu kujelaskan kenapa ini bisa sampai mengancam nyawa. Walaupun sebenarnya aku sempat kehilangan separuh diriku, tapi tak perlu khawatir, hari ini diriku telah hadir seutuhnya (sepertinya).
Kembali ke Suzume no Tojimari, film ini seakan digariskan untuk datang jauh-jauh dari Jepang hanya untuk memukulku keras-keras agar aku bangun, agar aku sadar bahwa masih ada pekerjaan rumah yang harus aku tuntaskan, yakni berdamai dengan masa lalu, menyelesaikan trauma dengan menerima keberadaannya, lalu hidup untuk hari ini.
Aku tidak berjanji bahwa itu dapat terjadi dengan segera, tapi satu hal yang pasti, aku ingin hidup. Tak hanya sekadar hidup, tetapi menghidupi hidup.
Comments
Post a Comment