Skip to main content

Berjarak

Berjarak. Sebuah kata yang selalu aku benci, terselip di antara kita berdua.

Tanpa adanya kesibukan pun, tubuhmu dan tubuhku sudah sering berada dalam jarak. Di sana tinggalmu, di sini tinggalku, kita menjalani hidup masing-masing. Bisa dibilang sudah terbiasa, tapi hati selalu berkata tidak terima, inginnya terus bersama, maunya ke mana-mana selalu berdua. Sudah bertahun-tahun lamanya, persoalan jarak selalu jadi tema utamanya.

Ingin selalu bertemu dan mencubit pipi gembilmu satu per satu, menjadi harapan rutinku dari Senin ke Minggu. Pertemuan kita yang sering kali menyenangkan itu selalu kunanti, selalu kutunggu. Tawa pemecah keheningan, aroma khas yang muncul dari rambut dan pakaianmu, jemari mungilmu, lembut kulitmu, dan banyak hal lain tentang kehadiranmu yang tidak bisa kusebutkan satu demi satu, membuatku selalu merindu.

Namun, berjarak fisik bukanlah apa-apa dibandingkan perasaan yang berjarak. Pertemuan yang terjadi, tidaklah bermakna lagi. Hati yang sudah tidak lagi di tempatnya, hilangnya keinginan untuk berjuang bersama, bagiku itulah definisi berjarak yang sesungguhnya, hal yang tidak ingin aku rasakan untuk kedua kalinya. Jika harus memilih antara berjarak dengan kehidupan atau harus mengulangi pengalaman berjarak perasaan lagi denganmu, aku akan dengan memudah memilih pilihan yang pertama. Hidup tidak lagi sepenuhnya bermakna ketika kamu tidak ada, ketika perasaanmu padaku entah menguap ke mana. Yang tersisa hanyalah penyesalan dan luka.

Kini aku merasakan, meninggalkanmu dengan alasan kesibukan, terkikisnya waktu untuk mendengarkanmu bercerita tentang keseharian, jelas terasa menyedihkan. Aku ingin selalu ada untukmu, tentu saja, sebuah dedikasi yang tidak perlu diragukan. Namun, kesibukan berkata lain, aku tak bisa selalu menemanimu bermain, seperti yang kulakukan kemarin.

Bersabarlah sejenak. Aku percaya, kita tidak pernah betul-betul berjarak, karena dirimu selalu tertanam dalam benak.

Comments

Popular posts from this blog

Masa Depan dan Misteri

Entah apa yang akan kita temui di depan sana nantinya. Aku juga tidak tahu. Hanya bisa menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Berkhayal akan terjadi apa di sana. Bermimpi akan seperti apa seharusnya hal itu terjadi. Namun ada satu hal penting yang sangat aku inginkan untuk terjadi: di waktu yang akan datang, aku dan kamu masih terus berjalan beriringan. Tentu saja masa depan tetap sulit ditebak, sedetail apa pun kamu memimpikannya. Bahkan jika kamu berhasil menghitung seluruh tetesan hujan yang jatuh ke tanah pada hari Kamis dari pukul dua siang hingga empat sore di dalam mimpimu itu. Pasti tetap akan ada yang meleset. Lalu berakhir pada ketakutan jika yang terjadi tidak sesuai harapan. Apa lagi jika yang terjadi malah jauh dari apa yang diinginkan. Tentu saja itu menyakitkan untuk dipikirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan. Kita memang tidak bisa tau apa yang akan terjadi di depan sana, sebelum kita benar-benar bisa sampai ke sana dengan mengikuti sistem wa

Aku Kangen Kamu

Aku kangen kamu. Aku kangen duduk di sampingmu, lalu kita mulai membicarakan banyak hal; mulai dari yang remeh-temeh sampai ke hal yang serius. Aku kangen bercanda bersamamu. Aku kangen tertawa bersamamu. Aku kangen dengan candaanmu yang menggoda itu. :p Aku kangen dengan tangan isengmu yang suka mengelitikiku itu. Aku kangen suaramu yang selalu mampu melelehkanku. Aku kangen senyumanmu yang selalu berhasil membuatku lupa akan caranya berpijak di lantai. Aku kangen ketika kamu mulai mengeluh kelilipan di jalan saat kita sedang duduk berdua di sepeda motor Supra Fit butut hadiah dari papaku wkwk :p :p :p Aku kangen untuk membicarakan masa depan 'kita' bersamamu. Aku kangen untuk melayangkan cubitanku di pipimu. Aku kangen untuk mengacak-ngacak wajah dan rambutmu yang cantik itu. Aku kangen untuk menjadi pria manja dihadapanmu. Aku kangen duduk di taman berdua denganmu sembari mengobrol dan berteduh dari teriknya sengatan s

Retrospeksi

Dalam hitungan jam sebentar lagi tahun akan berganti, aku sejujurnya tidak ingin mengatakan kalimat klise ini, tapi menurutku memang ada benarnya juga, bahwa tidak terasa ternyata hari ini kita sudah berada di penghujung tahun, tepat di tanggal terakhir bulan Desember. Bagiku, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan kilas balik, untuk mengingat kembali apa saja hal yang sudah kita lalui bersama, apa saja masalah yang sudah kita pecahkan bersama, apa saja kesulitan yang sudah kita hadapi bersama, apa saja kebodohan yang telah kita tertawai bersama, apa saja kejadian menyenangkan yang berakhir dengan senyum semringah kita berdua, juga kejadian lain yang berujung marah, sedih, kecewa, luka; segalanya yang terjadi di tahun ini, yang turut membentuk diri kita hari ini. Cobalah ingat kembali dan terima itu semua sebagai bagian dari dirimu, sekelam atau semenyenangkan apa pun, itulah kepingan-kepingan dalam perjalanan hidupmu yang merangkai kamu saat ini. Hal buruk banyak terjadi, tentu sa