Skip to main content

Good Morning, Love

Selamat pagi bidadari penebar kebahagiaan. Bagaimana tidurmu? Aku harap tidurmu dipenuhi dengan mimpi-mimpi yang indah, seindah senyum lebarmu yang tidak pernah absen ketika kita sedang bertemu dan bertukar canda. Senyum cantikmu itu bagai candu yang membuatku sakau jika lama tak bertemu.

Semoga pagimu tetaplah menyenangkan seperti dirimu. Aku sama sekali tidak ingin pagimu seperti pagiku yang penuh paksaan.

Pagi ini buatku tetaplah semembosankan biasanya; aku dipaksa untuk membuka mata dan membangkitkan kesadaran sedangkan tubuh tetap enggan untuk beranjak dari sarang peristirahatannya; dipaksa melumuri diri dengan air yang jauh lebih dingin dari seorang pembunuh berdarah dingin; dipaksa memakai seragam lusuh yang kedodoran; dipaksa berkendara jauh menuju neraka (baca: sekolah) menggunakan sepeda motor yang mampu menyulap bokongku menjadi tipis, hitam dan kaku seperti papan tulis kapur; dipaksa bertemu dengan orang-orang yang tidak beradab, yang sangat berbanding terbalik dengan ideologi yang dianut negaranya; lalu yang lebih buruk, aku dipaksa untuk duduk bersama makhluk-makhluk berego tinggi—lebih tinggi dari menara Eiffel yang ditumpuk di puncak gunung Everestselama berjam-jam hingga matahari mengantuk di ruangan yang oksigen saja sepertinya enggak untuk mampir walaupun hanya sekedar untuk menyeduh kopi susu ditemani dengan sebungkus pisang goreng.

Tapi rutinitas membosankan yang penuh paksaan itu tidak akan pernah menjadi benar-benar membosankan ketika tatapanmu yang selalu mampu membuat kakiku lupa akan caranya berdiri hadir. Entah bagaimana caranya satu zat yang berwujud kamu bisa membunuh jutaan zat yang membuat kepalaku ingin meledak tiap harinya.

Kamu selalu mampu mengubah bencana menjadi bahagia. Entah bagaimana caranya kamu menyihir itu semua. Aku tidak mengerti.

life almost brought me down, but you came along and made the dimmest glow shining like the sun.

Semoga kamu akan selalu ada untuk mengusir para pasukan pembawa sengsara yang membungkus diri mereka dalam satu kemasan bernama rutinitas.


Keep shining on my life, Love.

Comments

Popular posts from this blog

Masa Depan dan Misteri

Entah apa yang akan kita temui di depan sana nantinya. Aku juga tidak tahu. Hanya bisa menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Berkhayal akan terjadi apa di sana. Bermimpi akan seperti apa seharusnya hal itu terjadi. Namun ada satu hal penting yang sangat aku inginkan untuk terjadi: di waktu yang akan datang, aku dan kamu masih terus berjalan beriringan. Tentu saja masa depan tetap sulit ditebak, sedetail apa pun kamu memimpikannya. Bahkan jika kamu berhasil menghitung seluruh tetesan hujan yang jatuh ke tanah pada hari Kamis dari pukul dua siang hingga empat sore di dalam mimpimu itu. Pasti tetap akan ada yang meleset. Lalu berakhir pada ketakutan jika yang terjadi tidak sesuai harapan. Apa lagi jika yang terjadi malah jauh dari apa yang diinginkan. Tentu saja itu menyakitkan untuk dipikirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan. Kita memang tidak bisa tau apa yang akan terjadi di depan sana, sebelum kita benar-benar bisa sampai ke sana dengan mengikuti sistem wa

Aku Kangen Kamu

Aku kangen kamu. Aku kangen duduk di sampingmu, lalu kita mulai membicarakan banyak hal; mulai dari yang remeh-temeh sampai ke hal yang serius. Aku kangen bercanda bersamamu. Aku kangen tertawa bersamamu. Aku kangen dengan candaanmu yang menggoda itu. :p Aku kangen dengan tangan isengmu yang suka mengelitikiku itu. Aku kangen suaramu yang selalu mampu melelehkanku. Aku kangen senyumanmu yang selalu berhasil membuatku lupa akan caranya berpijak di lantai. Aku kangen ketika kamu mulai mengeluh kelilipan di jalan saat kita sedang duduk berdua di sepeda motor Supra Fit butut hadiah dari papaku wkwk :p :p :p Aku kangen untuk membicarakan masa depan 'kita' bersamamu. Aku kangen untuk melayangkan cubitanku di pipimu. Aku kangen untuk mengacak-ngacak wajah dan rambutmu yang cantik itu. Aku kangen untuk menjadi pria manja dihadapanmu. Aku kangen duduk di taman berdua denganmu sembari mengobrol dan berteduh dari teriknya sengatan s

Retrospeksi

Dalam hitungan jam sebentar lagi tahun akan berganti, aku sejujurnya tidak ingin mengatakan kalimat klise ini, tapi menurutku memang ada benarnya juga, bahwa tidak terasa ternyata hari ini kita sudah berada di penghujung tahun, tepat di tanggal terakhir bulan Desember. Bagiku, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan kilas balik, untuk mengingat kembali apa saja hal yang sudah kita lalui bersama, apa saja masalah yang sudah kita pecahkan bersama, apa saja kesulitan yang sudah kita hadapi bersama, apa saja kebodohan yang telah kita tertawai bersama, apa saja kejadian menyenangkan yang berakhir dengan senyum semringah kita berdua, juga kejadian lain yang berujung marah, sedih, kecewa, luka; segalanya yang terjadi di tahun ini, yang turut membentuk diri kita hari ini. Cobalah ingat kembali dan terima itu semua sebagai bagian dari dirimu, sekelam atau semenyenangkan apa pun, itulah kepingan-kepingan dalam perjalanan hidupmu yang merangkai kamu saat ini. Hal buruk banyak terjadi, tentu sa