Aku telah egois.
Jika saja hari itu aku benar-benar mati. Mungkin hari ini tidurmu tidak akan pernah nyenyak. Perasaan bersalah itu, pasti selalu menghantuimu, menjadi mimpi burukmu di setiap malam. Meskipun saat itu kamu mengatakan bahwa kamu sudah tidak mencintaiku lagi. Meskipun mungkin saat ini kamu sedang berada di pelukannya kembali. Tidak mungkin bila kamu tidak menangisiku setiap hari. Pasti kamu akan mengutuk dirimu sendiri, kamu pasti membenci dirimu sendiri.
Mungkin kamu adalah orang yang akan paling rajin mendatangi makamku. Kamu mungkin akan mengalami penyesalan terbesar dalam hidupmu. Hari-harimu pasti berantakan. Kuliahmu tidak berjalan lancar. Kamu hanya bisa menyesal dan menangis. Kamu akan merasa menjadi orang paling jahat yang pernah ada. Kamu mungkin akan menjadi orang yang sangat merindukan keberadaanku, karena akulah yang selalu menemani hari-harimu dalam hampir tujuh tahun ke belakang. Aku mendampingimu bertumbuh. Lalu tiba-tiba kamu harus bertumbuh sendirian, karena aku sudah tidak ada.
Aku bersyukur kejadian seperti itu tidak pernah terjadi. Kenyataannya, aku masih hidup.
Banyak hal yang sudah kita lewati bersama, tentu saja. Sejak pertama kali aku mengenalmu, lalu kita menjadi dekat, dan berakhir sangat dekat seperti sekarang. Jika diingat-ingat, memang hampir sepertiga umurku, aku jalani bersamamu. Kamu yang menemaniku menjadi dewasa, kamu terlibat banyak sekali dalam membentuk diriku hari ini.
Aku belajar banyak hal darimu. Meskipun sekilas kita terlihat sama, tetapi ternyata kita tetap adalah dua orang yang berbeda, dengan dua kepala yang berbeda. Masa lalumu, keinginanmu, harapanmu, cita-citamu, semua kisah yang kamu bagikan padaku, telah membantuku melihat dunia dalam perspektif yang berbeda. Meskipun kamu adalah orang yang menyebalkan dan suasana hatimu gampang berubah, aku selalu senang berada di dekatmu.
Aku mengetik bagian ini sambil menangis. Tidak, aku tidak sedang menangis karena bersedih, justru sebaliknya. Aku bahagia karena aku telah memilih untuk mengenalmu. Memilih untuk mendekatimu lebih jauh lagi. Memilih untuk selalu mendampingimu dalam kondisi apapun. Meskipun kamu pernah membuangku, dan aku pernah hampir membuang diriku sendiri, tapi aku masih yakin jika berdiri di sebelahmu adalah keputusan yang tepat dan tidak pernah salah.
Aku meminta maaf karena telah egois. Aku hanya tidak ingin menderita sendirian lebih lama lagi. Tapi aku tidak memikirkan bahwa kamu mungkin akan jauh lebih menderita jika aku benar-benar menghilang. Pasti kamu akan sangat sedih jika tidak bisa mendengar suara tawaku lagi. Pasti kamu akan merindukan lelucon receh dan random yang seringkali keluar dari mulutku, iya kan?
Terima kasih karena telah memilih untuk kembali ke pelukanku lagi. Perjalanan kita ke depan pasti akan jauh lebih sulit. Jika kamu nanti lelah, peluk saja aku, ya. Tidak usah sungkan, kamu boleh memelukku kapan saja. Aku tidak akan meninggalkanmu, janji.
Terima kasih, ya.
Comments
Post a Comment