Skip to main content

Duduk Sendirian dan Perasaan Ditinggalkan


Langit lebih gelap dari biasanya
Udaranya dingin dan menusuk
Tapi tidak dengan orang lain
Hanya mendung di atas kepalaku saja

Matahari menyinari seluruh kota siang itu
Tapi tidak berlaku bagiku
Ia enggan menyinariku lagi
Aku hanya beban baginya

Resah, aku bertanya salahku apa
Tidak ada yang punya kunci jawabannya
Aku kehabisan waktu menyelesaikannya
Nilaiku nol di matanya

Gelisah, aku berusaha menjawab sendiri
Pikirku perbaikan masih bisa terjadi
Harapku cemas
Lututku lemas

Aku menghampiri kaca yang terpaku di dinding
Terlihat wajah putus asa, harap-harap cemas
Kaca pun enggan menunjukkan keindahan
Hanya terpantul ketakutan dan kegagalan

Aku berjalan ke sisi berlawanan
Sekarang sudah sendirian
Tempatku bersandar telah disita pemilik sesungguhnya
Tempatku berteduh telah melindungi yang lain

Seutas tali menjuntai dari atas pohon
"Bergantung saja padaku," katanya
Tidak lagi ada tempat untuk bergantung
Hanya seutas tali yang peduli

Aku menghampirinya ringkih
Seutas tali terlilit di bawah dagu
Ukurannya pas
Pasti kuat mengangkat beban yang aku seret-seret sejak sendirian

Seorang teman menghampiri
Mengatakan bahwa tali itu jahat
"Dia ingin mengambilmu dariku"
Aku turun, tidak jadi bergantung

"Ke mana aku harus pulang? Hujan sudah mengguyurku berhari-hari. Aku kedinginan. Lukaku tak kunjung hilang"
"Kamu pasti akan menemukannya, tapi tidak pada seutas tali itu"
Dia melemparkan handuk, pakaian ganti, dan beberapa obat-obatan
Untuk sementara aku tidak begitu kedinginan

Aku meneruskan perjalanan
Terpincang-pincang sendirian
Sambil berharap keajaiban
Semoga kembali mendapatkan kebahagiaan

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...