Kedua telapak tangan dingin gemetar, menggenggam setangkai bunga mawar merah merona terbungkus plastik bening yang sudah dipersiapkan sejak semalam sebelumnya. Ada rasa khawatir jika bunganya ternyata tak sengaja patah di dalam tas sekolah, juga khawatir jika ungkapan jujur tentang perasaanku padamu ternyata hanya berjalan satu arah.
Masih sangat jelas terasa di ingatan; sunyi ruang kelas di lantai atas, angin yang berhembus pelan bersama kipas di langit-langit kelas, meja dan kursi panjang dari kayu, juga sinar mentari yang cukup terik di siang itu, tapi kupikir tidak cukup terik untuk menghangatkan jemariku yang masih saja kedinginan kala itu. Bahkan sebuah jawaban "iya" darimu saja tak mampu meredamnya. Namun, tentu saja hatiku rasanya hangat sekali, karena momen itu adalah pintu yang membuka perjalanan kita untuk membentangkan layar sebagai dua orang yang sepasang. Kejadian delapan tahun lalu itulah, yang membuatku hadir di hadapanmu, hari ini.
Delapan kali berkesempatan untuk merayakan perjalanan dan segala lika-liku di dalam hubungan, tentu adalah kebahagiaan yang mesti disyukuri. Bukan perkara mudah, bertahan dengan manusia yang sama, dengan isi kepala yang berbeda, delapan tahun lamanya. Bahkan kamu sempat menyerah lebih dulu, pergi dari genggamanku, yang untung saja tidak berlangsung lama. Juga lika-liku lain setelahnya yang tentu tidak kalah kusutnya. Usaha untuk menerima kenyataan dan bangkit dari kegagalan masih terus berjalan. Momen yang terjadi tepat di tanggal ini, delapan tahun lalu tentu menjadi hari yang berkesan untuk selalu kita kenang dan rayakan berdua.
Seperti pada perayaan-perayaan sebelumnya dan tidak akan pernah terlewatkan, aku ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk terus berada di sisiku hingga saat ini, baik di saat senang maupun susah. Terima kasih karena telah menepati janji untuk tidak akan pernah pergi lagi. Terima kasih karena telah berhasil mengembalikan kepercayaan yang sempat hilang. Terima kasih karena telah memperlihatkan bahwa kamu pantas diberikan kepercayaan lagi. Terima kasih karena telah menjadi sosok penyayang, yang selalu ada kapanpun aku butuhkan. Terima kasih karena selalu menjadi sosok sederhana, sehingga tidak memperumit kehidupan kita berdua yang sudah sama-sama sulit. Terima kasih atas usahamu yang selalu memberikan yang terbaik untuk kelangsungan hubungan ini. Terima kasih atas segala cinta, pelukan, dan kehangatan yang hadir di hidupku setiap hari. Terima kasih banyak.
Begitu pula dengan permintaan maaf, yang tidak kalah penting untuk diungkapkan. Aku ingin meminta maaf karena selama ini belum berhasil menjadi seperti sosok yang kamu harapkan. Beberapa kali ucapanku menyinggungmu, tidak sedikit tindakanku yang melukai hati kecilmu, juga segala kelakuan tak pantasku yang menyakiti perasaanmu. Bukan ingin berlindung di balik kalimat "tidak ada manusia yang sempurna", tetapi memang itu kenyataannya, bahwa aku jauh dari kata sempurna. Bukan berarti aku tidak ingin berusaha untuk menjadi seseorang yang lebih baik di kehidupanmu. Tentu saja, kesalahan dan kekalahan di masa lalu akan aku jadikan pelajaran berharga agar tidak terulang kembali. Sekali lagi, aku bersungguh-sungguh ingin meminta maaf. Kubungkukkan kepalaku serendah-rendahnya di hadapanmu, atas segala kebodohan yang telah kuperbuat.
Aku yakin kamu pun juga setuju, jika perjalanan kita masih amat sangat panjang. Masih banyak yang perlu dibenahi, masih banyak yang mesti dipelajari, masih banyak yang harus dipahami. Bagiku, esensi dari sebuah hubungan tidak terlihat di tujuan akhirnya, tetapi justru ada di perjalanan yang ditempuhnya, bagaimana kita terus tumbuh bersama terlepas dari segala hal yang dihadapi, itulah hal yang terpenting.
Hari ini delapan, besok sepuluh, lusa seratus, berapa pun jumlahnya sampai tak terhingga, Aku akan selalu ada di tanggal dan bulan ini, setiap tahun, untuk berbahagia bersamamu.
Happy anniversary! I love you for infinity!🐵🥂❤️
Comments
Post a Comment