Skip to main content

Kilas Balik


Sudah hampir setahun peristiwa pengkhianatan itu berlalu. Namun, perih dari sisa-sisa lukanya masih bisa kita rasakan sampai hari ini, ia masih bebas mengganggu dan menghantui jalannya hubungan yang sedang kita bangun kembali ini. Tidak hanya aku saja yang terluka, kamu sebagai pelaku pun juga sama. Aku bisa memahami itu, makanya aku tidak sepenuhnya menyalahkanmu, tetapi tidak berarti aku membenarkan tindakanmu. Yang jelas, kepayahan kita dalam mengelola hubungan mengakibatkan kamu mencari kesenangan di tempat lain. Itu berarti aku juga salah, membiarkanmu memendam perasaan sendirian. Aku yang seharusnya menjadi seseorang yang paling mudah untuk kamu ajak bicara, justru menjadi yang paling berjarak terhadap perasaanmu. Sebagai pasanganmu, aku tidak pernah benar-benar tahu apa yang kamu sembunyikan di lubuk hatimu yang paling dalam. Aku tidak berhasil menarikmu keluar untuk menjadi pribadi yang jujur terhadap dirinya sendiri. Aku adalah pasangan yang gagal.

Seandainya punya kesempatan untuk memutar waktu kembali, aku pasti akan memberikan kesempatan untukmu bicara. Aku ingin kita punya kesempatan untuk duduk berdua di taman, ditemani cemilan kesukaanmu, juga minuman kesukaanku. Aku pasti akan mendengarkan keluhanmu tentang diriku, tentang hubungan yang kita jalani. Reaksiku mungkin akan sama saja, aku tetap akan sangat kaget mendengarnya. Aku yakin tubuhku akan tetap gemetar mendengar orang yang sangat aku sayangi kehilangan perasaannya padaku. Aku pasti sangat kecewa. Aku juga pasti akan menawarkan upaya perbaikan, agar api di dalam hatimu terus menyala, karena aku tidak akan pernah siap untuk kehilanganmu. Andaikan hari itu hubungan kita menemui akhir, aku pasti akan merasakan kesedihan dan luka yang sama. Namun, yang pasti luka itu tidak akan sedalam perasaan ditipu dan dikhianati. Itu juga pasti tidak akan melukaimu sedalam hari ini. Mungkin upaya perbaikannya akan lebih mudah tercapai seandainya ada kesempatan untuk berbicara lebih awal. Mungkin itu sebetulnya hanya rasa bosan, bukan keinginan untuk meninggalkan. Aku yakin kamu pasti tidak akan setega itu mencari kesenangan di tempat lain. Seandainya kamu benar-benar pergi pun, itu bukan karena kamu sedang bersenang-senang dengan yang lain, tetapi karena keputusanmu sendiri. Lukamu di masa lalu juga tidak akan pernah bangkit. Kebencian yang kamu tanamkan pada orang itu juga tidak akan tumbuh berkali-kali lipat dari semula.

Namun, kita sedang hidup di hari ini, bukan di masa lalu. Semua sudah terjadi, semua sudah kita alami dan rasakan sendiri. Semua itu yang membentuk kita menjadi seseorang di hari ini, bagaimana kita bisa belajar dan tumbuh menjadi sosok yang lebih baik, itulah hal terpenting dari kejadian itu. Coba tengok lagi ke belakang, tapi jangan terlalu jauh, cukup pada saat di mana kita berdua memutuskan untuk kembali pulang dan memperbaiki semuanya dari awal lagi. Berbagai hal telah kita alami, mulai dari hal-hal kecil yang coba kita ubah, sampai hal besar yang sama-sama berhasil kita perbaiki. Tidak selamanya mulus, ada kalanya kita kembali mundur dan mengulang kesalahan dan pola pertengkaran yang sama, keegoisan dan drama yang sama, sifat mengalah dan keinginan mendominasi yang sama. Kepayahan yang sama, bukan tidak sepenuhnya muncul, tetap masih ada dan membumbui jalannya perbaikan, tetapi bagaimana kita berhasil mengelolanya dengan lebih baik itu yang harus kita sama-sama apresiasi. Bahwa kita hari ini telah menjadi pasangan yang jauh lebih baik dari satu tahun lalu.

Selama aku menjalani hidup bersamamu, aku telah belajar banyak hal. Kamulah yang membantu diriku untuk menjadi pribadi yang seperti sekarang ini. Prosesku dari remaja sampai dewasa muda, sedikit-banyak juga dipengaruhi oleh keberadaanmu. Kamu, baik secara langsung maupun tidak, mengajariku untuk mengenal diriku sendiri, juga mengenal orang lain yang berbeda dariku, beserta dunia manusia yang rumit dan kejam ini. Mau bagaimana pun juga, aku sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk bertemu denganmu dan mengenalmu lebih dalam lagi. Sekalipun tetap ada rasa benci dan kecewa terhadapmu, rasa sayangku jauh lebih besar dari itu. Aku sangat ingin menghabiskan seluruh sisa hidupku bersamamu. Kuharap kamu juga berpikir demikian. Kalaupun tidak, setidaknya aku pernah menjadi kepingan bahagia dalam perjalanan hidupmu, itu pun sudah cukup.

Aku rasa cukup berbicara melanturnya hari ini, kamu juga pasti sudah jengah membaca kumpulan paragraf panjang ini. Sudah sana istirahat! Jangan lupa bahagia dan bagikan kebahagiaanmu itu padaku ya!

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...