Skip to main content

Orang Jepang Menyebutnya Kawaii


Mengenalmu cukup lama membuatku menyadari beberapa hal yang tidak pernah kamu tunjukkan di depan umum. Mungkin orang-orang terdekatmu pun juga tidak tau. Aku sudah menyadarinya sejak lama, tetapi baru mulai yakin bahwa itu sebetulnya memang kamu dan tidak berusaha dibuat-buat. Ternyata, jika diperhatikan, kamu itu benar-benar...

...sangat imut.

Aku termasuk orang yang sebetulnya jijik dengan hal-hal imut, terutama yang terkesan dipaksakan. Berpura-pura imut itu menggelikan. Namun, saat wajahmu memerah karena aku puji, atau saat aku sedang meledekmu, itu benar-benar imut. Keimutan yang sangat aku sukai. Asal kamu tau, aku menulis ini sambil senyam-senyum, sudah seperti orang gila.

Aku yang sering melihatmu beratribut wajah jutek, dengan ekspresi sinis dan mulut super tajam bagai belati yang seratus tahun ditempa ahli pedang itu, tidak menyangka bahwa kamu bisa berbalik seratus delapan puluh derajat menjadi sosok imut yang membuatku meleleh seperti sedotan plastik. Meskipun sering melihatnya, aku masih selalu saja terkejut. Ternyata di balik kesangaranmu itu, kamu lumayan imut juga. Bukan lumayan, tetapi kamu memang sangat imut.

Bahkan saat sedang tidak melakukan apa-apa pun, hanya dengan berdiam diria menatapku saja, kamu bisa terlihat imut. Terutama setelah aku kecup bagian dari wajahmu, entah itu pipi tebalmu atau bibir tipismu. Mengingatnya saja sudah membuatku hilang akal sehat.

Kamu terkadang keras kepala. Kamu terkadang menyebalkan. Kamu terkadang adalah sosok yang paling aku benci di dunia. Namun, kamu juga sekaligus sosok yang lembut. Kamu sering kali menyenangkan. Kamu adalah sosok yang paling aku cintai di dunia. Kamu bisa berada di mana saja, di hitam dan putihku, di ranah abu-abuku. Kamu selalu setia menemani, bahkan ketika kamu tidak setia sekali pun. Paradoks memang, tapi sejak pertama kali kenal hingga hari ini, aku tidak pernah berhenti memikirkanmu, sebenci dan sesayang apapun diriku padamu.

Kamu jangan senang dulu, aku tau pasti kamu saat ini sedang kegeeran membacanya, kan? Tidak, tidak apa, kamu berhak untuk senang. Aku malah ingin kamu senang. Karena kesenanganmu adalah bagian dari kesenanganku juga, aku ingin kita sama-sama senang. Sesering mungkin. Selama mungkin. Aku ingin menikmati setiap kesenangan yang ada bersamamu.

Bersama wujudmu itu, yang terkadang ternyata bisa imut juga.

😝

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...