Skip to main content

Kepada perempuanku yang bertambah tua

Kepada perempuanku yang bertambah tua.

Pundakmu semakin berat. Untuk itu aku ucapkan selamat. 19 tahun sudah lamanya kamu menarik napas dan menghembuskannya kembali. Entah kamu sadari atau tidak, tarikan napasmu berikutnya akan terasa lebih berat dari sebelumnya. Seperti beban yang kamu pikul di kedua pundak mungilmu itu.

Pundakmu semakin berat. Beban yang mesti kamu pikul bertambah padat. Jurang di masa depan terbuka lebar-lebar. Aku ingin memberitahukanmu bahwa hati-hatilah dalam melangkah. Tidak perlu begitu takut, mungkin kamu akan tersandung sedikit. Saranku, tetaplah berpegang pada kebenaran, walaupun itu bertentangan dengan apa yang kamu pegang selama ini, di dalam benakmu.

Singkirkan batu panas di kepalamu serta keegoisan yang sudah begitu matang di dalamnya. Dunia ini bukan duniamu, tapi dunia semua orang. Aspal tidak akan berubah menjadi permen walaupun kamu ingin itu terjadi. Maksudku, kamu tidak akan pernah bisa sepenuhnya menjadikan orang seperti sosok ideal dalam pikiranmu, karena mereka punya kesadarannya sendiri. Beradaptasilah dengan baik. Mampu tempatkan dirimu di berbagai situasi. Kamu selayaknya bisa, karena kamu adalah perempuan kuat.

Kekanak-kanakan itu, ah, tinggalkanlah. Pundak anak kecil tidak akan sanggup memikul dunia yang ganas. Kamu perlu mendewasa untuk bisa menaklukkannya. Aku berharap kamu mampu belajar dari kamu yang dulu, kamu yang polos, kamu yang naif, kamu yang tidak lebih baik dari kamu hari ini. Jangan berhenti belajar, sekecil apa pun itu.

Terakhir, kepada perempuanku yang bertambah tua, tetaplah menua bersamaku.

Selamat berulang tahun, kamu.

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...