Skip to main content

Pelangi Setelah Luka

"Orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling mampu melukai". Awalnya aku tidak percaya dengan kalimat yang nangkring di timeline Twitter-ku itu.

Mana mungkin orang yang paling mampu menghadirkan cinta justru ia jugalah yang paling mampu memberikan luka? Bukankah antara cinta dengan luka sangat bertolak belakang?

Ya, awalnya. Tapi setelah aku dan kamu memutuskan untuk menghadirkan kita, perlahan namun pasti, kalimat itu aku imani karena ternyata ada benarnya juga.

Kita yang sejak memulai perjalanan sama-sama penuh luka lama perlahan mulai saling mengobati. Cinta yang baru menghadirkan jiwa yang baru, jiwa yang sehat tanpa goresan luka yang ditinggalkan oleh masa lalu masing-masing. Tapi gerimis yang tenang dan sejuk pasti selalu di akhiri dengan badai yang dingin dan menusuk...

Kita yang sejak awal sepakat untuk saling mengobati, justru kita malah saling menggoreskan luka di masing-masing hati. Aku sering tersulut bara cemburu hingga pikiranku hangus terbakar, begitu pun kamu yang meledak-ledak karena aku tak henti-hentinya membicarakan masa lalumu. Tapi kita tidak pernah ingkar janji. Luka yang kita buat sendiri, kita jugalah yang mengobati, walaupun kita sama-sama tau jika luka yang mengering itu suatu saat akan basah lagi.

Sayang, walaupun nanti kita akan bertengkar lagi, tetaplah genggam erat tanganku. Badai memang menyeramkan karena ia mampu dengan seketika merusak apa yang sudah dibangun susah payah sejak lama, tapi kamu mesti ingat, pelangi tidak akan pernah muncul tanpa diawali dengan badai. Bila badai itu datang lagi, kamu tak perlu cemas. Cukup genggamlah tanganku, lalu kita lukiskan pelangi bersama, setelah badai menyerah dan pergi.

"Orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling mampu melukai, tapi itu tidak jadi masalah. Karena dengan luka, kita belajar untuk saling mengobati."

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...