Skip to main content

Looking Back, Looking Ahead

Pasti sudah lama sekali sejak terakhir kali kamu mampir ke sini. Kini, kita berjumpa lagi.

Tak lama lagi kita memasuki tahun ke sembilan sejak pertama kali kita memutuskan untuk berkomitmen. Sudah lama sekali, ya? Merawat dan menghidupi hubungan yang berjalan selama ini, jelas bukan perkara mudah. Melelahkan, terkadang menjemukan. Sempat pula gagal, sempat tak lagi bermakna karena kamu memilih untuk mengabaikan, sempat tak lagi hangat, sempat tak lagi menerangi karena api yang susah payah kita nyalakan seketika kamu padamkan. Tapi tidak semua adalah salahmu, sebagian kecil adalah salahku juga karena membiarkan begitu saja sebuah percikan kecil yang akhirnya justru membumi hanguskan segala usaha yang telah kita bangun sejak hari pertama kita memulai segalanya.

Kita mencoba lagi, memulai dari awal kembali, menanam kembali yang telah tumbang, menyiram kembali yang telah layu, hingga akhirnya sampai di titik ini, di mana semua telah berjalan baik kembali. Tapi bukan berarti semuanya telah sempurna, karena kita sama-sama tau bahwa bekas luka ini masih ada. Bahkan bukan bekas, tetapi masih berupa luka yang tak kunjung kering, luka yang akan selamanya mengingatkan akan kegagalan yang tak ingin diulang kembali. Untuk segala luka, semoga lekas sembuh, entah kapanpun itu.

Masa lalu hanyalah fragmen-fragmen yang tersisa di ingatan, sementara kita tidak pernah punya bayangan jelas akan apa yang terjadi masa depan, maka hidupilah hari ini sebagai hidup yang kamu inginkan terjadi di masa lalu dan yang kamu harapkan di masa depan.

Seperti yang kita lakukan di masa lalu sampai hari ini, semoga di masa depan kita juga adalah dua orang yang saling mencintai.

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...