Skip to main content

Tentang Kepergian dalam Bepergian


Kemarin malam, ditemani angin dingin khas pegunungan, di tengah perjalanan saat menyusuri jalan rusak dan berliku, sempat sejenak aku memandangi langit dan tiba-tiba saja terlintas sebuah pertanyaan yang cukup menggangguku: apa yang akan terjadi pada diriku ketika kamu menghilang lebih dulu dari dunia.

Di kelilingi pohon-pohon menjulang tinggi dan hamparan rerumputan seluas mata memandang yang menghiasi pedesaan, aku mencoba mengilustrasikan pertanyaan itu di kepalaku, dan apa yang terjadi selanjutnya mudah sekali ditebak, ketika berpikir tentang kehilangan dirimu dadaku sudah amat pasti akan langsung terasa sesak. Apa lagi dengan pengalamanku yang pernah merasakan kehilanganmu sebelumnya, aku rasa sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa lupa tentang rasa sakit itu, dadaku akan selalu mengingatnya.

Pikiran acak tentang kehilangan seseorang yang aku sayangi untuk selamanya tidak lantas berhenti di situ saja, berbagai skenario buruk tercipta di pikiranku, yang aku harap tidak akan pernah terjadi. Kita pernah beberapa kali membicarakan hal ini dan kita juga merasakan ketakutan yang sama, aku rasa semua orang mungkin akan takut merasakan kehilangan, terutama terhadap hal-hal yang dicintainya. Sebagai manusia biasa, tentu kekhawatiran dan ketakutan jenis ini akan menghampiriku juga, dan jujur saja aku tidak tau harus bagaimana menghadapinya.

Ketakutan itu diperparah saat aku melihat laporan kecelakaan yang diumumkan oleh lembaga kepolisian di akun Facebook-nya, di sana tertulis seorang pria berusia 27 tahun tewas usai sepedanya tertabrak truk pengangkut barang. Pada bagian kolom komentar, seseorang menuliskan rasa dukanya dan bilang bahwa ia meninggalkan anak-anaknya yang masih sangat kecil. Aku langsung memikirkan bagaimana perasaan istrinya setelah mendengar kabar tersebut, bagaimana dia akan menghadapi kenyataan pahit ini, bagaimana jika aku di masa depan harus berada di posisinya. Rentetan pertanyaan itu menghantui malamku, sehingga aku menulis ini untuk merapikan benang kusut atas ketakutan di pikiranku. Mungkin saat kamu membaca ini kamu bisa merasakannya juga.

Berangkat dari ketakutanku akan kehilanganmu, maka selama hidup aku ingin terus mengajakmu menciptakan memori-memori menyenangkan di setiap kebersamaan kita. Memang kedengarannya hampir mustahil dan naif bila berpikir bahwa hidup ini akan terus dihiasi dengan pengalaman menyenangkan, tapi bukan berarti tidak bisa diwujudkan. Menurutku, meskipun seseorang sudah tidak lagi hidup bersama kita, memori kita atas orang tersebut akan selalu hidup di kepala kita dan bisa kapan saja diputar kembali. Siapapun yang nantinya akan lenyap lebih dulu, maka yang terakhir bertahan dapat mengingatnya kembali dengan perasaan senang, bahwa seseorang yang paling berharga pernah jadi bagian penting dalam utas yang merangkai perjalanan hidup masing-masing.

"Bila berpisah karena kematian, kita tidak sedang benar-benar saling meninggalkan, hanya menunggu untuk dipertemukan kembali di tempat yang lebih baik." —Onye ganteng 

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...