Skip to main content

Seorang anak laki-laki tenggelam dalam pikirannya sendiri

Aku pernah sesekali berpikir, apa jadinya jika hidupku sekarang dilalui tanpa kamu. Satu hal yang terbayang sangat jelas: itu terasa menyakitkan. Aku bahkan tidak sanggup Membayangkannya terlalu lama.

Aku mungkin tidak akan bisa menjadi sebaik sekarang jika bukan karena bantuan darimu. Sedikit-banyak tentu saja kamu mempengaruhi bagaimana aku dalam menjalani hidup. Kehadiranmu seperti bahan bakar semangat bagiku. Ketika aku sedang benar-benar terpuruk, kamu satu-satunya yang datang mengulurkan tangan, juga menyediakan pundak untuk aku tangisi. Ditambah dengan memberikan pelukan yang mampu membantuku untuk bangkit kembali.

Aku selalu takut jika suatu saat harus kehilangan kamu. Tidak peduli jika kamu menganggap ini menjijikan, tapi sejujurnya itulah yang aku rasakan. Kamu seperti pelengkap dari aku yang serba kurang. Kamu ada untuk menyeimbangkan.

Memang tidak jarang kita berselisih paham. Dua kepala dengan dua pemikiran berbeda tentu tidak akan mudah untuk bertemu kata sepakat dalam segala hal. Bahkan pernah sesekali aku membencimu dengan hebat, berharap kamu untuk segera lenyap. Namun itu hanyalah ledakan amarah sesaat. Setelah itu kembali lagi seperti yang aku katakan pada tiga paragraf sebelum ini. Singkatnya, aku butuh kamu.

Tidak melulu menyenangkan, memang. Tetapi jauh lebih tidak menyenangkan lagi ketika kamu tidak ada di sebelahku, meletakkan kepalamu di bahuku, kemudian kupu-kupu berterbangan melintasi isi perutku. Jauh tidak menyenangkan lagi ketika kamu tidak ada untuk mencintaiku. Maka aku bersyukur bahwa hal itu, aku yakin, tidak akan pernah terjadi.

Lagi-lagi, tidak pernah bosan aku mengatakannya kepadamu, terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...