Skip to main content

Kamulah Orang Yang Tepat

Aku selalu kesal ketika aku memikirkan kenapa cintaku untukmu harus terlambat aku sadari. Aku juga selalu kesal ketika memikirkan kenapa kita tidak bersama saja sejak dulu, agar aku bisa melindungimu dari pria-pria brengsek di luar sana yang mencoba menipu kepolosanmu dan menodai bahkan melukai kesucian hatimu. Setelah terlalu banyak bertanya pada diri sendiri, akhirnya aku mendapatkan juga jawaban dari kekesalan itu. Memang, kadang sepasang orang membutuhkan waktu yang lama untuk menyadari bahwa sebenarnya yang mereka butuhkan sudah ada di depan mata. Hanya saja, mereka terlalu terfokus untuk mengejar yang diinginkan. Sama halnya seperti seorang anak. Seorang anak menyukai banyak hal. Mereka suka berlari, mereka suka melompat, bahkan mereka suka terbang. Itu semua yang mereka inginkan.
Namun ketika terantuk, terjatuh, bahkan terluka, siapa yang mereka butuhkan? Ibu, atau minimal sebuah pelukan. Anak-anak harus merasakan yang namanya terjatuh dulu, harus merasakan yang namanya luka dan menangis untuk bisa merasakan bagaimana hangatnya sebuah pelukan.
Begitu juga yang terjadi pada diri kita. Selama ini kita terlalu senang mengejar-ngejar yang diinginkan, sampai kita dibutakan mana yang sebenarnya kita butuhkan. Tapi menurutku itu tidaklah salah. Karena kalau nggak begitu, kita nggak akan merasakan luka, dan kita nggak tau seberharga apa 'obat' untuk menyembuhkannya. Kalau kita nggak pernah salah, kita nggak akan bisa bertemu orang yang tepat.
Padahal jika dilihat lebih tulus, semua yang dibutuhkan nggak begitu rumit. Kita pasti ingin bersama orang yang selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi diri kita sendiri. Kita pasti ingin menghabiskan hari dengan orang yang cukup dengan menggenggam tangannya saja, kita merasa kebal untuk menghadapi kerasnya dunia.
Kita pasti ingin hidup dengan seseorang yang cukup dengan menatap matanya saja sudah merasa seperti di rumah.
Kita hanya ingin terlelap di pelukan seseorang bermata teduh, yang melenyapkan segala jenuh, menggantikan semua peluh.
Pada akhirnya, kita hanya ingin terjatuh pada orang yang meski sama-sama penuh luka, tapi dipertemukan untuk saling menyembuhkan.
Dan sepertinya saat ini aku sudah dipertemukan oleh orang yang tepat. Aku harap kamu juga sependapat denganku :D

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Pada Layar Telepon Genggamku

Tugas sekolah yang harus kukerjakan membuatku kembali terlambat untuk menenggelamkan diri dalam lautan mimpi. Aku harus menyelesaikannya jika tidak ingin mendengar sambaran petir bernada sarkastik dari guru yang menjengkelkan itu. Akhirnya aku malah jadi susah tidur. Aku mencoba menyelesaikan tugas itu secepat mungkin. Namun pekerjaanku berhenti tepat setelah aku menekan tombol power telepon genggamku dan melirik ke halaman depannya. Aku menemukan sebuah foto seorang perempuan cantik yang sama persis seperti perempuan yang senang mondar-mandir di dalam kepalaku. Aku menatapnya dalam, memperhatikan seluruh bagian wajahnya yang nampak pada foto itu tanpa celah. Jantungku memompa darah lebih cepat, jauh dari kereta api supercepat yang pernah diciptakan di dunia setelah aku mengusap-usap pipi perempuan itu pada layar telepon genggamku sambil membayangkan kenangan-kenanganku bersamanya. Perbedaan antara aku dengan pria gila yang sering mabuk di emperan toko semakin tidak terlihat. Pe...

Zat Adiktif

Jika senyummu adalah zat adiktif terlarang Maka aku rela seumur hidup dipenjara Daripada aku gila lalu mati Karena sakau tidak melihatmu tersenyum

Rasanya Masih Sama

Rasanya masih sama... Lagi-lagi tidurku berantakan. Semenjak liburan, ditambah lagi harus sahur selama Ramadan kemarin membuat tidurku menjadi kacau. Kupikir setelah kemarin bisa tidur dengan benar maka hari ini juga akan demikian. Ternyata aku salah. Jadi dengan terpaksa aku harus kembali untuk menghabiskan waktu malam tanpa tidur lagi deh , hehe. Maafkan aku. Biasanya ketika aku tidak tau harus melakukan apa, aku akan merenung, atau bahasa kerennya, bengong . Memperhatikan sekitar, mendengarkan suara dengkuran kucing yang menumpang tidur di rumah, menatap langit-langit kamar, yang pada ujungnya pasti berhenti pada memikirkan kamu. Jangan geer , tapi sejujurnya aku memang tidak pernah bisa berhenti untuk memikirkan kamu. Aku selalu memikirkan kamu. Apa yang aku pikirkan tidak menentu dan tidak direncanakan. Aku memikirkan apa pun, selama itu masih tentang kamu. Seperti memikirkan betapa menyebalkannya dirimu ketika ngambek dan bete tidak jelas, sampai-sampai jutek terhadapku. D...